MAKALAH
Gerakan
Renaissance
Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Oleh :
Aan Kurniawan (113
111 001)
Abdul Bashir (113 111 002)
Abdul Haris F (113 111 003)
Abdurrahman
siddiq (113 111 004)
Agustin Endah N C (113 111 008)
Amelia Ririn Agustin (113 111 028)
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebijakan atau
Pengetahuan sejati itu tidak mungkin didapati oleh satu orang saja. Penemuan
yang pertama dan mengajukan gagasan-gagasan yang memperbaharui gagasan yang pertama, begitu seterusnya sepanjang
kehidupan manusia berlangsung. Hal ini dimemugkinkan keingin tahu manusia. yang besar sebagai refleksi
dan potensi dan potensi kemanusia yang dimilikinya yang dianugrahkan yaitu
akal, intuisi, alat derita, dan kekuatan fisik. Adapun penemuan penemuan
dimaksud mencangkup seluruh pertanyaan-pertanyaan hidup mengenai arti, isi dan
makna dari segala sesuatu yang dilihat dan dialami oleh manusia.[1]
Pada masa
renainssace adalah rasionalisme yang menetapakan bahwa kebenaran berpusat dari
akal tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang menggunakanya. Oleh karena
itu seorang filosuf rasionalis menekankan bahwa berfikir sebagai wujud
keberadaan diri jika seorang berfikir berarti ia ada ajaran ini diperkenalkan
oleh rene descartes dengan paradigma cagito ergo sum atau sagito
descartes.[2]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas maka pemakalah dapat
merumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana sejarah
Renaisans ?
2.
Apa Renaisans humanisme
itu ?
3.
Apa saja kemajuan ilmu
pada zaman Renaisans ?
4.
Siapa tokoh-tokoh pada
zaman Renaisans dan bagaiamana pemikirannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Renaisans
Istilah renaisans
berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan,
khususnya yang terjadi di Eropa. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan
berbagai periode kebangkiatan intelektual. Orang pertama yang menggunakan
istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Peranci yang terkenal,
menurutnya renaisans ialah periode penemu manusia dan dunia dan bukan sekedar
sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.
Renaisans adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat
dipandang sebagai masa peralihan.yang turut ditandai oleh terjadinya sejumlah
kekacauan dalam bidang pemikiran.
Awal mula dari
suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650 M)
untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. jaman Renaisans
kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan
sains, diantara perkembangan itu terjadi pula perkembangan dibidang filsafat.
Descartes sering disebut tokoh utama filsafat muda.
Sejak permulaan
Renaisans, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicabangkan oleh
Decartes untuk memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan
ciri Renaisans. Humnusme ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia.
Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang beragama. Oleh karena
itu zaman ini sering juga disebut zaman humanisme, maksudnya manusia diangkat
dari abad pertengahan.
Pada zaman
pertengahan manusia tidak dihargai sebagai manusia.kebenaran diukur berdasarkan
dari gereja (kristen)bukan dari ukuran yang dibuat oleh manusia, padahal manusia
mempunyai kemampuan berfikir.[3]
B.
Renaissance Humanisme
Datangnya
sejarah Yunani di eropa karena minat orang-orang terhadap kebudayaan Yunani
pada khususnya dan kebudayaan kuno pada umumnya. Orang mau mengambilnya
kebudayaan kuno itu didunia itulah yang dianggap kebudayaan yang sempurna. Masa
ini terkenal dengan sejarah sebagai lahirnya kembali zaman kuno atau
renainssance. Dalam pandangan filsafat pun tidak ketingalam. Orang tidak lagi
memutuskan pikiranya kepada tuhan dan surga. Melainkan dunia saja dan dalam
dunia itu yang merupakan pusat utama ialah manusia. Manusia didewa-dewakan,
manusia tidak hanya merupakan pusat pandangan di sana-sini manusia merupakan
tujuan adanya. Aliran yang memusatkan
pandangan kepada manusia yang disebut humanisme. Mungkin terjadi dalam aliran
ini bahwa manusia lalu menjadi hal yang
tertinggi. Lain hal tidak ada, maka humanisme ini menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak
tiap-tiap humanisme merupakan humanisme ateitis.
Adapun
manusia, pusat pandangan dan pengetahuan, bukanlah manusia pada umumnya seperti
jaman yang yang mendahuluinya melainkan sesuai dengan sifat moderen ini.
manusia perseorangan yang merupakan individu yang kongkrit. Dan itu dalam
kesusilaan pun tidak ada patokan umum. Dalam sistem pun manusia merupakan
individu yang mengutamakan segala kekuatan, terutama budinya.
Dalam ilmu
mencapai berbagai macam perkembangan yang bukan main. Seperti ilmu bahasa, ilmu
hayat dan ilmu alam. Metode ini dicari serta didapatnya sendiri dan hasilnya mengagumkan. Pada kalangan
Scholastik tidak dikatakan ada kemajuan ilmu. Walapun harus diakui bahwa pada
abad ke-15 dan ke-16 beberapa bagian Eropa terutam di Spanyol ada
filsuf-filsuf yang ternama. Tetapi
pengaruh mereka kurang besar pada
kalangan ilmuan pada umumnya. Filsafat merosot nilainya baik karena hasilnya
yang kurang gemilang maupun karena dianggap terlalu kuno. Sedang
pedapat-pendapat baru pada jaman renaissance ini biasanya amat bertentangan
satu sama lain. Tiap-tiap pendapat merasa benar, orang bebas dalam segalanya.[4]
Perkembangan
aliran humanisme di dunia barat Sejak abad ke-15 semakin menyadarkan para
cendikiawan akan peranan dan kemampuan manusia dan martabatnya, dengan tidak
berdasarkan iman dan agama. Dukungan atas kesadaran itu dicari dan ditemukan
dalam studi tentang sastra, seni, dan filsafat masa yunani dan romawi kuno
prakristiani.sehingga perkembangan tersebut renaissance.
Dari dunia pasifik Barat salah satu
titik definitif perkembangan itu dicapai pada masa revolusi prancis dalam
bidang filsafat sudah ada tanda-tanda ke arah pembaharuan itu. Umpamanya Rene Dekartes, Barakh Spinoza, Blaise
Pascal. Para filsof aliran empirisme inggris namun yang paling jelas adalah
Immanukant dengan “revolusi kepernikan- kepernikanya.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita
jumpai nama-nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis, Pierre
– Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu – ilmu
kemanusiaan, Wilheim Dilthey.
Kesadaran akan kedudukan khas ilmu -
ilmu kemanusiaan dibandingkan ilmu - ilmu empiris lainnya dengan paling jelas
dirumuskan oleh August Comte. Yang dianggap sebagai “Bapak Sosiologi” . Menurut
dia, sesudah zaman teologis metafisis tibalah zaman ilmu -ilmu positif
(empiris) yang definitive. Pada tahap pengetahuan positif ia membedakan, mulai dari yang paling abstrak :
Matewamatika (yang memang bukan empiris menurut klasifikasi kita disini). Ilmu
falak, fisika, kimia, ilmu hayat, fisika social (sosiologi). Semua ilmu dalam
keadaan jadinya seolah olah ingin mendekati ciri deduktif dan kepastian
matematika. Namun semuanya tak pernah berhasil. Yang paling berhasil mendekati
ilmu falak, dan yang paling jauh adalah fisika sosial. Kendati ilmu ini
mencita-citakan bagan deduktif.
C.
Gerakan renaissance dan
pengaruhnya di barat
Eropa Abad Pertengahan memiliki ciri khusus di mana kekuasaan
Gereja berpengaruh sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara
saat itu. Hal ini lebih lanjut juga mempengaruhi sistem filsafat jaman itu,
berikut pula perkembangan ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu pengetahuan
dipandang dan digunakan untuk melegitimasi keyakinan yang didasarkan pada dogma-dogma
agama. Filsafat pun demikian. Pendeknya, sebagaimana tradisi skolastik, segala
sesuatu harus disesuaikan dengan kepercayaan akan dogma-dogma agama.
Cara pandang modern sebagai lawan dari cara pandang Abad
Pertengahan dimulai di Italia dengan gerakan yang disebut Renaissance. Gerakan
ini merupakan antitesa bagi corak kesadaran Abad Pertengahan yang ditandai oleh
kesatuan, keutuhan, dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam
bentuk metafisika atau ontologi.
Apa yang dikehendaki
oleh Renaissance adalah hal-hal baru sebagai kritik terus-menerus terhadap
nalar teosentrisme yang melulu dipelihara pada abad pertengahan. Dari situ
kemudian lahirlah berbagai macam bidang keilmuan yang dipisahkan dari pengaruh
agama dan dogma, dengan sepenuhnya didasarkan pada kekuatan subyektif akal-budi
manusia (antroposentrisme).
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa, secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang di bawa descartes menjadi pondasi yang sangat mendukung, hal itu di pandang sangat jelas dan cocok.
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa, secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang di bawa descartes menjadi pondasi yang sangat mendukung, hal itu di pandang sangat jelas dan cocok.
Secara ringkas dapat diketahui beberapa perubahan yang
sangat signifikan terjadi di Eropa yang dalam hal ini berkenaan dengan pengaruh
Renaissance, yakni di bidang sains (berikut juga seni), paradigma sosial,
politik,ekonomi.Ada cukup alasan yang
menjadi dasar bagi pertentangan antara otoritas gereja dengan kepentingan
sains,Salah satu alasan yang kiranya paling mendasar adalah bahwa dalam
kenyataannya, sains, sebagai sesuatu yang relatif, seringkali bertolak belakang
dengan apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh gereja,
Maka logislah jika selama gereja berkuasa ruang bebas bagi
sains menjad isempit Pembebasan dari otoritas gereja mendorong terbentuknya
cara berpikir yang sama sekali berbeda dengan dogma Abad Pertengahan. Otoritas gereja
menyatakan ketentuan-ketentuannya sebagai kepastian absolut dan tidak bisa
diubah selamanya. Objektifitas semacam ini tentu menjadi ruang sempit bagi
kebebasan akal manusia untuk berkreasi,Pada Renaissance, otoritas gereja yang
absolut itu diluluh-lantakkan sedemikian rupa oleh sains yang
pernyataan-pernyataannya dibuat secara tentatif berdasarkan kemungkinan (relatif)
dan dianggap dimodifikasi. Renaissance merupakan masa kebangkitan bagi sains.
Gerakan ini mendorong
tumbuhnya kebiasaan untuk menghargai aktifitas intelektual sebagai sebuah kerja
sosial yang sulit, penuh tantangan dan menyenangkan, bukan meditasi menyendiri
yang bertujuan memelihara ortodoksi predeterministik.Pada masa itulah
tokoh-tokoh saintis banyak sekali muncul di Eropa.
Di antara mereka kita kenal beberapa yang dapat dikatakan
terbesar dan paling berpengaruh. Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton
adalah tokoh besar yang pengaruhnya sangat menentukan bagi perkembangan sains
selanjutnya. itu, berbagai macam penemuan mulai dari teleskop, mikroskop, mesin
cetak, kompas, mesiu, dan sebagainya, merupakan hasil dari perkembangan sains
dan ilmu pengetahuan yang luar biasa pada abad itu.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia seni secara revolusioner.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia seni secara revolusioner.
Kebebasan berekspresi demikian menggebu-gebu mengalahkan segala
tabu yang pada Abad Pertengahan menghegemoni perkembangan pemikiran manusia. Dalam
hal ini Renaissance, lebih jauh dari pada membebaskan, juga membuat Eropa
mengalami euforia. Seni untuk seni, sebagaimana sains untuk sains, adalah
slogan yang sangat mengakar pada kesadaran banyak seniman Eropa Abad
Renaissance. Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci adalah dua di antara
para jenius yang dibesarkan dalam ruang euforia itu.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini,terjelaskan dengan menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik penting menggantikan monarki,absolut.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini,terjelaskan dengan menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik penting menggantikan monarki,absolut.
Bentuk pemerintahan
demokratis yang muncul sebagai paradigma baru tersebut kemudian pada perkembangannya
diikuti dengan munculnya bentuk kebudayaan baru, yakni kebudayaan liberal.
Model ekonomi feodalistik yang diganti dengan model kapitalistik adalah suatu
pengejawantahan, sekaligus konsekuensi logis, dari paradigma liberal yang
berlaku, yang memiliki pondasi kuat berupa individualisme dan, tentu saja,
humanisme
Lantas tidak hanya sampai di sini, dialektika yang
berlangsung dalam situasi ini pun mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan
kekuasaan politis dari agama.[5]
D.
Kemajuan ilmu pada zaman
Renaissance
Renaissance
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu.
Zaman yang yang menyaksikan dilancarkannya
tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma,
bersamaan dengan berkembangnya Humanisme.
Zaman ini juga merupakan penyempurnaan
kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa.
Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya
benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih
kemajuan ilmu. Kelahiran kembali satra di Inggris, Perancis, dan Spanyol
diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa
itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli
perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya
astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah
untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renaissance dengan zaman
modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan
renaissance. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan
dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh
masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa zaman uap ke zaman
llistrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket, dan zaman
ruang angkasa.
Pada zaman
renaissance ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara
berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini
membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir
yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain Nicholas Copernicus
(1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Copernicus
adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada
dipusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran
sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari, Teorinya ini disebut Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat
jagad raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang
diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan
bumi sebagai pusat jagat raya.[6]
Sekalipun
Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan
keyakinannya bahwa prinsip Heliosentrisisme akan sangat memudahkan perhitungan.
Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama
mengingat keadaan dan lingkungan gereja saat itu. Menurut gereja, prinsip
Geosentrisisme dianggap lebih benar daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap
siang dan malam kita melihat semuanya mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan
Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat prhatian Tuhan, untuk
manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham demikian disebut Homosentrisime.
Dengan kata lain, prinsip Geosentrisisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip
Heliosentrisisme. Jika dalam keadaan demikian prinsip Heliosentrisisme
dilontarkan, maka akan berakibat berubah dan rusaknya seluruh kehidupan manusia
saat itu
Teori
Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama
astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya
dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah
Knowledge is power (Pengetahuan adalah Kekuasaan). Ada tiga contoh yang
dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:
1.
Mesin menghasilkan
kemenangan dan perang modern,
2.
Kompas memungkinkan
manusia mengarungi lautan,
3.
Percetakan yang
mempercepat penyebaran ilmu.
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh
luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe Johannes Keppler. Tycho
Brahe (1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi
baru. ia membuat alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang
dengan teliti. Berdasarkan alat-alat besar itu dan nengan ketekunan serta ketelitian
pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun sangat besar artinya untuk ilmu dan kehidupan
sehari-hari.
Perhatian Tycho Brahe dimulai pada
bulan November tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di gugusan Cassiopea
secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam
lagi. Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern
disebut Nova atau Supernova, tergantung dari besarnya dan massanya. Timbulnya
bintang baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai saat itu, yaitu oleh
karena angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang
masa, dan bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian, Tycho
berhasil menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan,
dan tenaga pembantu.
Dalam tahun 1577, ia dapat mengikuti
timbulnya sebuah komet. Dengan bantuan alat-alatnya, ia menetapkan lintasan
yang diikuti komet tersebut. Ternyata lintasan lebih jauh dari planet venus.
Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa menempel pada crystaline
spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat
dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat yang dapat dilihat untuk kemudian
menghilang lagi. Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya terapung
bebas dalam ruang angkasa”.
Johannes Keppler (1571-1630)
adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematika. Setelah Tycho meninggal
dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada Keppler.
Di samping melanjutkan pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan Astrologi
untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan Astronomi. Dalam mengolah
bahan peninggalan Tycho ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda
angkasa bergerak, mengikuti intasan circle karena sesuai kesempurnaan ciptaan
Tuhan. Semua perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips
untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan
memang berbentuk elips.
Selain itu dalam hitungan terbukti bahwa
pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya
mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet
oleh garis lurus dan planet ini bergerak X jam lamanya, maka luas bidang yang
dilintasi garis lurus itu dalam waktu X jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini,
kalau planet berada paling dekat dengan matahari (perihelion)
kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika planet berada paling jauh dari
matahari (abhelion). maka kecepatannya paling kecil.
Hal ketiga yang ditemukan Keppler adalah
perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang
dibutuhkan untuk melintasi orbit oleh masing-masing planet adalah P dan Q,
sedang jarak rata-rata dari planet B ke matahari adalah X dan Y, maka P+: Q+ =
X+: Y+. Dengan demikian Kepplert menemukan tiga buah hukum astronomi, yaitu:
1.
Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2.
Dalam waktu yang sama,
garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintai bidang yang luasnya
sama.
3.
Bila jarak rata-rata dua
planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi
orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+.
Ketiga hukum
Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira sepuluh
tahun tanpa logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat
ditarik beberapa pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan
ketekunan yang terus-menerus menjadi landasan utama untuk perhitungan yang
tepat. Perhitungan yang tepat memaksa disingkirkannya takhayul, misalnya
tentang pergerakan sempurna atau sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti
merupakan suatu jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku
universal.
Ketiga hukum alam tentang planet ini
sampai sekarang masih dipergunakan dalam astronomi, meskipun di sana-sini
diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan Keppler memberikan
sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan Copernicus, lapangan
ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam tangan Keppler,
astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan
yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi keterangan
lengkap, baik mengenai ketepatan maupun bentuk elips-nya.
Setelah Keppler, muncul Galileo
(1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan
penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh
keyakinan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana
matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentris
serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah
teropong bintang. Dengan teropong itu ia dapat melihat beberapa peristiwa
angkasa secara langsung. Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah
planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
Galileo membagi sifat benda dalam dua
golongan. Pertama, golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan metode
pemeriksaan fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary
qualities) seperti berat, panjang, dan lain-lain sifat yang dapat diukur.
Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah,
disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities), seperti sifat warna,
asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia.
Sejak
nGalileo, ilmupada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena
sifatnya subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan
dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor perkembangan imu dan penemu dasar ilmu modern,
yang hanya berpegang pada soal-soal yang objektif saja.
Pada masa yang bersamaan dengan Keppler
ndan Galileo ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis E, yang kemudian diubah kedalam dasar 10
oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian diperluas oleh Brochiel de Decker
(lahir tahun 1626). Ketika Keppler mendengar tentang penemuan itu, ia
memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan logaritma,
perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu
bulan.
Pada masa
Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan
dengan cara melihat sesuatu yaitu manusia A melihat benda P dari tempat. Oleh
karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancar
lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus
lurus. Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate System,
seperti halnya Descrates.
Disamping itu,
ia juga melaksanakan penelitian teori Al-Jabar berkenaan dengan
bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan Newton dan Leibniz kemuudian
akan menjelma sebagai perhitungan diferensial-integral (calculus).
Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistik.[7]
E. Pemikiran pemikiran yang muncul pada mas
renaissance
Zaman
renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad
pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan yang modern. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang meridukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan
illahi. Ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman ranaissance.
Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo
Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut.
1.
Roger Bacon berpendapat
bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir
bagi semua ilmu pengetahuan.
2.
Copernicus, mengatakan
bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi
pusat (heliosentrisisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum
yang berasal dari Hiparchus Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).
3.
Johannes Keppler
menemukan tiga buah hukum Keppler menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyidikan
brahe sebelumnya, yaitu
a.
Bahwa gerak benda angkasa
itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu
mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b.
Dalam waktu yang sama,
garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang
luasnya sama.
c.
Dalam peenghitungan
matematika terbukti bahwa bila jarak ratarata dua planet A dan B dengan
matahari adalah X dan Y,sedangkan waktu untuk melintas orbit masing-masing
adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3:Y3.
4.
Galileo Galilei, membuat
teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa
angkasa secara langsung.Ia menemukan eberapa peristiwa penting dalam bidang
astronomi. Ia melihat bahawa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan
sepertihalnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah
memancarkan cahaya sendiri melainkan hanya memantulakan cahaya dari matahari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai sejarah
Renaissance berikut pengaruh gerakan itu di Eropa, kita dapat menyimpulkan
beberapa hal, antara lain :
Renaissance
timbul sebagai reaksi kritis terhadap pola pemikiran sekaligus dogma religius
yang berkembang pada Abad Pertengahan.
Renaissance dilandaskan atas dasar humanisme
liberal yang menjadi ciri khas bagi corak kesadaran modern. Rasionalisme
Cartesian besar pengaruhnya dalam hal ini. Semangat humanisme-liberalisme itu
mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan bangsa-bangsa Eropa.
Dalam hal sains, runtuhnya dominasi dan
otoritas gereja memacu secara signifikan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita
jumpai nama- nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis,
Pierre-Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu-ilmu
kemanusiaan, Wilheim Dilthey. Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal
Bakhatiar, 2000, Filsafat Umum, Jakarta.
Hasymsyah
Nasution, 1999, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hendi Suhendi,
2008, Filsafat Umum, Bandung: CV Pustaka Setia.
Poedja
Wijanta, 1961, Pembimbing ke Arah Filsafat, Jakarta : Pustaka Sarjana.
Rizal Muntasir
dan Minal Munir, 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Russel, Bertrand,2002, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko,
dkk),yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1]
Dr. Hasyimsyah Nasution, M.A., Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999), hlm. 2
[2]
Hendra Suhendi, Filsafat Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2008),hlm. 340.
[3]
ibit, Filsafat Umum,
hlm. 339-340.
[4]
Poedja Wijanta, Pembimbing ke Arah Alam, (Jakarta: Pustaka Sarjana,
1961), hlm. 91-92
[5] Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit
Jatmiko, dkk), Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2002
[6] Rizal
Muntasir dan Minal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar:2002)