Halaman

4/25/2013

makalah gerakan renaissance


MAKALAH
Gerakan Renaissance
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

 Oleh :
    Aan Kurniawan                           (113 111 001)
     Abdul Bashir                                  (113 111 002)
     Abdul Haris F                                (113 111 003)
     Abdurrahman siddiq                      (113 111 004)
     Agustin Endah N C                       (113 111 008)
     Amelia Ririn Agustin                     (113 111 028)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebijakan atau Pengetahuan sejati itu tidak mungkin didapati oleh satu orang saja. Penemuan yang pertama dan mengajukan gagasan-gagasan yang memperbaharui gagasan  yang pertama, begitu seterusnya sepanjang kehidupan manusia berlangsung. Hal ini dimemugkinkan  keingin tahu manusia. yang besar sebagai refleksi dan potensi dan potensi kemanusia yang dimilikinya yang dianugrahkan yaitu akal, intuisi, alat derita, dan kekuatan fisik. Adapun penemuan penemuan dimaksud mencangkup seluruh pertanyaan-pertanyaan hidup mengenai arti, isi dan makna dari segala sesuatu yang dilihat dan dialami oleh manusia.[1]
Pada masa renainssace adalah rasionalisme yang menetapakan bahwa kebenaran berpusat dari akal tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang menggunakanya. Oleh karena itu seorang filosuf rasionalis menekankan bahwa berfikir sebagai wujud keberadaan diri jika seorang berfikir berarti ia ada ajaran ini diperkenalkan oleh rene descartes dengan paradigma cagito ergo sum atau sagito descartes.[2]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas maka pemakalah dapat merumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah Renaisans ?
2.      Apa Renaisans humanisme itu ?
3.      Apa saja kemajuan ilmu pada zaman Renaisans ?
4.      Siapa tokoh-tokoh pada zaman Renaisans dan bagaiamana pemikirannya ?


BAB II
            PEMBAHASAN
A.   Sejarah Renaisans
Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, khususnya yang terjadi di Eropa. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkiatan intelektual. Orang pertama yang menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Peranci yang terkenal, menurutnya renaisans ialah periode penemu manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Renaisans adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan.yang turut ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. jaman Renaisans kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains, diantara perkembangan itu terjadi pula perkembangan dibidang filsafat. Descartes sering disebut tokoh utama filsafat muda.
Sejak permulaan Renaisans, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicabangkan oleh Decartes untuk memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisans. Humnusme ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang beragama. Oleh karena itu zaman ini sering juga disebut zaman humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertengahan. 
Pada zaman pertengahan manusia tidak dihargai sebagai manusia.kebenaran diukur berdasarkan dari gereja (kristen)bukan dari ukuran yang dibuat oleh manusia, padahal manusia mempunyai kemampuan berfikir.[3]



B.   Renaissance Humanisme
Datangnya sejarah Yunani di eropa karena minat orang-orang terhadap kebudayaan Yunani pada khususnya dan kebudayaan kuno pada umumnya. Orang mau mengambilnya kebudayaan kuno itu didunia itulah yang dianggap kebudayaan yang sempurna. Masa ini terkenal dengan sejarah sebagai lahirnya kembali zaman kuno atau renainssance. Dalam pandangan filsafat pun tidak ketingalam. Orang tidak lagi memutuskan pikiranya kepada tuhan dan surga. Melainkan dunia saja dan dalam dunia itu yang merupakan pusat utama ialah manusia. Manusia didewa-dewakan, manusia tidak hanya merupakan pusat pandangan di sana-sini manusia merupakan tujuan adanya. Aliran yang  memusatkan pandangan kepada manusia yang disebut humanisme. Mungkin terjadi dalam aliran ini bahwa manusia  lalu menjadi hal yang tertinggi. Lain hal tidak ada, maka humanisme ini  menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak tiap-tiap humanisme merupakan humanisme ateitis.
Adapun manusia, pusat pandangan dan pengetahuan, bukanlah manusia pada umumnya seperti jaman yang yang mendahuluinya melainkan sesuai dengan sifat moderen ini. manusia perseorangan yang merupakan individu yang kongkrit. Dan itu dalam kesusilaan pun tidak ada patokan umum. Dalam sistem pun manusia merupakan individu yang mengutamakan segala kekuatan, terutama budinya.
Dalam ilmu mencapai berbagai macam perkembangan yang bukan main. Seperti ilmu bahasa, ilmu hayat dan ilmu alam. Metode ini dicari serta didapatnya sendiri  dan hasilnya mengagumkan. Pada kalangan Scholastik tidak dikatakan ada kemajuan ilmu. Walapun harus diakui bahwa pada abad ke-15 dan ke-16 beberapa bagian Eropa terutam di Spanyol ada filsuf-filsuf  yang ternama. Tetapi pengaruh mereka  kurang besar pada kalangan ilmuan pada umumnya. Filsafat merosot nilainya baik karena hasilnya yang kurang gemilang maupun karena dianggap terlalu kuno. Sedang pedapat-pendapat baru pada jaman renaissance ini biasanya amat bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap pendapat merasa benar, orang bebas dalam segalanya.[4]
Perkembangan aliran humanisme di dunia barat Sejak abad ke-15 semakin menyadarkan para cendikiawan akan peranan dan kemampuan manusia dan martabatnya, dengan tidak berdasarkan iman dan agama. Dukungan atas kesadaran itu dicari dan ditemukan dalam studi tentang sastra, seni, dan filsafat masa yunani dan romawi kuno prakristiani.sehingga perkembangan tersebut renaissance.
            Dari dunia pasifik Barat salah satu titik definitif perkembangan itu dicapai pada masa revolusi prancis dalam bidang filsafat sudah ada tanda-tanda ke arah pembaharuan itu. Umpamanya  Rene Dekartes, Barakh Spinoza, Blaise Pascal. Para filsof aliran empirisme inggris namun yang paling jelas adalah Immanukant dengan “revolusi kepernikan- kepernikanya.
 Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita jumpai nama-nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis, Pierre – Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu – ilmu kemanusiaan, Wilheim Dilthey.
            Kesadaran akan kedudukan khas ilmu - ilmu kemanusiaan dibandingkan ilmu - ilmu empiris lainnya dengan paling jelas dirumuskan oleh August Comte. Yang dianggap sebagai “Bapak Sosiologi” . Menurut dia, sesudah zaman teologis metafisis tibalah zaman ilmu -ilmu positif (empiris) yang definitive. Pada tahap pengetahuan positif  ia membedakan, mulai dari yang paling abstrak : Matewamatika (yang memang bukan empiris menurut klasifikasi kita disini). Ilmu falak, fisika, kimia, ilmu hayat, fisika social (sosiologi). Semua ilmu dalam keadaan jadinya seolah olah ingin mendekati ciri deduktif dan kepastian matematika. Namun semuanya tak pernah berhasil. Yang paling berhasil mendekati ilmu falak, dan yang paling jauh adalah fisika sosial. Kendati ilmu ini mencita-citakan bagan deduktif.
C.   Gerakan renaissance dan pengaruhnya di barat
Eropa Abad Pertengahan memiliki ciri khusus di mana kekuasaan Gereja berpengaruh sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara saat itu. Hal ini lebih lanjut juga mempengaruhi sistem filsafat jaman itu, berikut pula perkembangan ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu pengetahuan dipandang dan digunakan untuk melegitimasi keyakinan yang didasarkan pada dogma-dogma agama. Filsafat pun demikian. Pendeknya, sebagaimana tradisi skolastik, segala sesuatu harus disesuaikan dengan kepercayaan akan dogma-dogma agama.
            Cara pandang modern sebagai lawan dari cara pandang Abad Pertengahan dimulai di Italia dengan gerakan yang disebut Renaissance. Gerakan ini merupakan antitesa bagi corak kesadaran Abad Pertengahan yang ditandai oleh kesatuan, keutuhan, dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam bentuk metafisika atau ontologi.
         Apa yang dikehendaki oleh Renaissance adalah hal-hal baru sebagai kritik terus-menerus terhadap nalar teosentrisme yang melulu dipelihara pada abad pertengahan. Dari situ kemudian lahirlah berbagai macam bidang keilmuan yang dipisahkan dari pengaruh agama dan dogma, dengan sepenuhnya didasarkan pada kekuatan subyektif akal-budi manusia (antroposentrisme).
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa, secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang di bawa descartes menjadi pondasi yang sangat mendukung, hal itu di pandang sangat jelas dan cocok.
            Secara ringkas dapat diketahui beberapa perubahan yang sangat signifikan terjadi di Eropa yang dalam hal ini berkenaan dengan pengaruh Renaissance, yakni di bidang sains (berikut juga seni), paradigma sosial, politik,ekonomi.Ada  cukup alasan yang menjadi dasar bagi pertentangan antara otoritas gereja dengan kepentingan sains,Salah satu alasan yang kiranya paling mendasar adalah bahwa dalam kenyataannya, sains, sebagai sesuatu yang relatif, seringkali bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh gereja,
            Maka logislah jika selama gereja berkuasa ruang bebas bagi sains menjad isempit Pembebasan dari otoritas gereja mendorong terbentuknya cara berpikir yang sama sekali berbeda dengan dogma Abad Pertengahan. Otoritas gereja menyatakan ketentuan-ketentuannya sebagai kepastian absolut dan tidak bisa diubah selamanya. Objektifitas semacam ini tentu menjadi ruang sempit bagi kebebasan akal manusia untuk berkreasi,Pada Renaissance, otoritas gereja yang absolut itu diluluh-lantakkan sedemikian rupa oleh sains yang pernyataan-pernyataannya dibuat secara tentatif berdasarkan kemungkinan (relatif) dan dianggap dimodifikasi. Renaissance merupakan masa kebangkitan bagi sains.
 Gerakan ini mendorong tumbuhnya kebiasaan untuk menghargai aktifitas intelektual sebagai sebuah kerja sosial yang sulit, penuh tantangan dan menyenangkan, bukan meditasi menyendiri yang bertujuan memelihara ortodoksi predeterministik.Pada masa itulah tokoh-tokoh saintis banyak sekali muncul di Eropa.
            Di antara mereka kita kenal beberapa yang dapat dikatakan terbesar dan paling berpengaruh. Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton adalah tokoh besar yang pengaruhnya sangat menentukan bagi perkembangan sains selanjutnya. itu, berbagai macam penemuan mulai dari teleskop, mikroskop, mesin cetak, kompas, mesiu, dan sebagainya, merupakan hasil dari perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang luar biasa pada abad itu.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia seni secara revolusioner.
Kebebasan berekspresi demikian menggebu-gebu mengalahkan segala tabu yang pada Abad Pertengahan menghegemoni perkembangan pemikiran manusia. Dalam hal ini Renaissance, lebih jauh dari pada membebaskan, juga membuat Eropa mengalami euforia. Seni untuk seni, sebagaimana sains untuk sains, adalah slogan yang sangat mengakar pada kesadaran banyak seniman Eropa Abad Renaissance. Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci adalah dua di antara para jenius yang dibesarkan dalam ruang euforia itu.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini,terjelaskan dengan menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik penting menggantikan monarki,absolut.
        Bentuk pemerintahan demokratis yang muncul sebagai paradigma baru tersebut kemudian pada perkembangannya diikuti dengan munculnya bentuk kebudayaan baru, yakni kebudayaan liberal. Model ekonomi feodalistik yang diganti dengan model kapitalistik adalah suatu pengejawantahan, sekaligus konsekuensi logis, dari paradigma liberal yang berlaku, yang memiliki pondasi kuat berupa individualisme dan, tentu saja, humanisme
 Lantas  tidak hanya sampai di sini, dialektika yang berlangsung dalam situasi ini pun mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan kekuasaan politis dari agama.[5]





D.   Kemajuan ilmu pada zaman Renaissance
Renaissance merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu.
 Zaman yang yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme.
 Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa. Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali satra di Inggris, Perancis, dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renaissance dengan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaissance. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa zaman uap ke zaman llistrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket, dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaissance ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada dipusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari, Teorinya  ini  disebut  Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagat raya.[6]
Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa prinsip Heliosentrisisme akan sangat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan dan lingkungan gereja saat itu. Menurut gereja, prinsip Geosentrisisme dianggap lebih benar daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap siang dan malam kita melihat semuanya mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat prhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham demikian disebut Homosentrisime. Dengan kata lain, prinsip Geosentrisisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Heliosentrisisme. Jika dalam keadaan demikian prinsip Heliosentrisisme dilontarkan, maka akan berakibat berubah dan rusaknya seluruh kehidupan manusia saat itu
Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is power (Pengetahuan adalah Kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:
1.      Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern,
2.      Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan,
3.      Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.
        Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe Johannes Keppler. Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru. ia membuat alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan teliti. Berdasarkan alat-alat besar itu dan nengan ketekunan serta ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun  sangat besar artinya untuk ilmu dan kehidupan sehari-hari.
         Perhatian Tycho Brahe dimulai pada bulan November tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di gugusan Cassiopea secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi. Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern disebut Nova atau Supernova, tergantung dari besarnya dan massanya. Timbulnya bintang baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai saat itu, yaitu oleh karena angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian, Tycho berhasil menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan, dan tenaga pembantu.
      Dalam tahun 1577, ia dapat mengikuti timbulnya sebuah komet. Dengan bantuan alat-alatnya, ia menetapkan lintasan yang diikuti komet tersebut. Ternyata lintasan lebih jauh dari planet venus. Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa menempel pada crystaline spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat yang dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi. Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya terapung bebas dalam ruang angkasa”.
     Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematika. Setelah Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada Keppler. Di samping melanjutkan pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan Astronomi. Dalam mengolah bahan peninggalan Tycho ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa bergerak, mengikuti intasan circle karena sesuai kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan memang berbentuk elips.
    Selain itu dalam hitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet ini bergerak X jam lamanya, maka luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dalam waktu X jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat dengan matahari (perihelion) kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika planet berada paling jauh dari matahari (abhelion). maka kecepatannya paling kecil.
      Hal ketiga yang ditemukan Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi orbit oleh masing-masing planet adalah P dan Q, sedang jarak rata-rata dari planet B ke matahari adalah X dan Y, maka P+: Q+ = X+: Y+. Dengan demikian Kepplert menemukan tiga buah hukum astronomi, yaitu:
1.       Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintai bidang yang luasnya sama.
3.      Bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+.
Ketiga hukum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira sepuluh tahun tanpa logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus-menerus menjadi landasan utama untuk perhitungan yang tepat. Perhitungan yang tepat memaksa disingkirkannya takhayul, misalnya tentang pergerakan sempurna atau sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan suatu jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku universal.
            Ketiga hukum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam astronomi, meskipun di sana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan Keppler memberikan sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi keterangan lengkap, baik mengenai ketepatan maupun bentuk elips-nya.
            Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentris serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan teropong itu ia dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
                 Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan. Pertama, golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti berat, panjang, dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia.
Sejak nGalileo, ilmupada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena sifatnya subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor  perkembangan imu dan penemu dasar ilmu modern, yang hanya berpegang pada soal-soal yang objektif saja.
            Pada masa yang bersamaan dengan Keppler ndan Galileo ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis E, yang kemudian diubah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian diperluas oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Keppler mendengar tentang penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu bulan.
Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan cara melihat sesuatu yaitu manusia A melihat benda P dari tempat. Oleh karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancar lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus lurus. Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate System, seperti halnya Descrates.
Disamping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori Al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan Newton dan Leibniz kemuudian akan menjelma sebagai perhitungan diferensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistik.[7]
E.  Pemikiran pemikiran yang muncul pada mas renaissance
Zaman renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan yang modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang meridukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan illahi. Ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman ranaissance. Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut.
1.      Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
2.      Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hiparchus Ptolomeus yang menganggap  bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).
3.      Johannes Keppler menemukan tiga buah hukum Keppler menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyidikan brahe  sebelumnya, yaitu
a.       Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c.       Dalam peenghitungan matematika terbukti bahwa bila jarak ratarata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y,sedangkan waktu untuk melintas orbit masing-masing adalah P dan Q, maka  P2 : Q2 = X3:Y3.
4.      Galileo Galilei, membuat teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.Ia menemukan eberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahawa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan sepertihalnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri melainkan hanya memantulakan cahaya dari matahari.







BAB III
        PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai sejarah Renaissance berikut pengaruh gerakan itu di Eropa, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain :
Renaissance timbul sebagai reaksi kritis terhadap pola pemikiran sekaligus dogma religius yang berkembang pada Abad Pertengahan.
 Renaissance dilandaskan atas dasar humanisme liberal yang menjadi ciri khas bagi corak kesadaran modern. Rasionalisme Cartesian besar pengaruhnya dalam hal ini. Semangat humanisme-liberalisme itu mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan bangsa-bangsa Eropa.
 Dalam hal sains, runtuhnya dominasi dan otoritas gereja memacu secara signifikan perkembangan ilmu pengetahuan.
 Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita jumpai nama- nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis, Pierre-Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu-ilmu kemanusiaan, Wilheim Dilthey. Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.










DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhatiar, 2000, Filsafat Umum, Jakarta.
Hasymsyah Nasution, 1999, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hendi Suhendi, 2008, Filsafat Umum, Bandung: CV Pustaka Setia.
Poedja Wijanta, 1961, Pembimbing ke Arah Filsafat, Jakarta : Pustaka Sarjana.
Rizal Muntasir dan Minal Munir, 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Russel, Bertrand,2002, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko, dkk),yogyakarta: Pustaka Pelajar





[1] Dr. Hasyimsyah Nasution, M.A., Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm. 2
[2] Hendra Suhendi, Filsafat Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008),hlm. 340.
[3] ibit, Filsafat Umum, hlm. 339-340.
[4] Poedja Wijanta, Pembimbing ke Arah Alam, (Jakarta: Pustaka Sarjana, 1961), hlm. 91-92
[5] Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko, dkk), Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2002

[6] Rizal Muntasir dan Minal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar:2002)
[7]  Amsal Bakhatiar, Filsafat Umum, hlm 49-57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar