Halaman

4/25/2013

makalah tasawuf ahlaki


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Budha, muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar. Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun  pasir Arabia.
 Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari khalayak ramai. Mereka adalah orang yang berhati baik, pemurah dan suka menolong.
Hakekat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebutkan Alquran dan Hadits. "Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggi
Dan dengan di buatnya makalah ini guna mendalami dan memahami kembali pemahaman pemahaman ajaran tasawuf khususnya tasawuf ahklaki, yang mana masih sangat kurang sekali di pahami oleh masyarak dan mahasiswa.



B.     Rumusan masalah
dan berdasarkan rumusan diatas maka pemakalah dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut;
1.      Pengertian tasawuf dan pengertian ahklak
2.      Pengertian tasawuf ahklaki
3.      Tokoh dan ajaran-ajaran tasawuf ahklaki.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian tasawuf ahklaki
Tasawuf ahlaki,  jika di tinjau dari sudut bahsa arab merupakan bentuk frase dalam kaidah bahasa arab di kenal dengan sebutan  jumlah idhofah yaitu merupakan gabungan dua kata menjadi satu kesatuan makna yang utuh dan menentukan realitas yang khusus,yaitu kata tasawuf dan ahklak.
Kata tasawuf menurut kaidah ilmu shorof merupakan bentuk isim masdar yaitu tashowwufan yang artinya bisa membersihkan atau saling membersihkan, kata membersihkan merupakan kata kerja transitif  yang membutuhkan objek. Objek tasawwuf dalah ahklak manusia saling membersihkan merupakan kata kerja yang di dalamnya harus terdapat dua subyek yang aktif meberi dan menerima.
Kemudian ahklak  dalam konteks  agama adalah perangai, budi, adab atau tingkah laku. Kosepsi ajaran ahklak menurut islam adalah menuju perbuatan amal sholeh, yaitu semua perbuatan baik dan terpuji,berfaedah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di ridhoi oleh Allah.
Jika kata tasawuf dengan kata ahlaki di satukan akan terbentuk sebua frase yaitu tasawuf ahklaki, secata etimologis tasawuf ahklaki ini bermakna membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku, jika konteksnya dalah manusia, tingkah laku manusia menjadi sasarannya .tasawuf ini bisa di pandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga ahklak manusia, atau dalam dalam bahasa sosialnya moralitas masyarakat.
Oleh karena itu tasawuf ahklaki merupakan kajian ilmi yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya.tidak hnya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi harus terealisasi dalam perbutan manusia,supaya lebih mudah menempatkan posisi tasawuf dalam kehidupan masyarakat.
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu ahklak.ahklak hubungannya sangat erat dengan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.[1]
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq.
 Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah[2]

B.     Tokoh dan ajaran ajaran tasawuf ahklaki

1.      Hasan Albasri
Nama lengkap Hasan Al-Bashri adalah Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar.Ia seorang yang masyur dikalangan tabi’in.ia lahir di Madinah pada tahun 21 H/632 M dan wafat pada hari Kamis bulan Rajab tanggal 10 tahun 110 H/728 M.
Ajaran-ajarannya tentang kerohanian didasarkan pada Sunnah Nabi.
            Para sahabat nabi pun mengakui kebesaran hasan al basri,karir pendidikan hasan al basri di mulai di hijaz,kemudian ia pindah ke basrah dan memperoleh puncak keilmuannya di sana.
Ajaran-ajaran tasawufnya.
Ajaran-Ajaran tasawufnya  Hasan Al-Bashri adalah anjuran kepadanya setiaporang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakanseluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Ny
Dan ajarannya yaitu:
a. “Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa tentram tapi yang menimbulkan rasa takut.”
b. “Dunia adalah negeri tempat beramal”
c. “Tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi.”
d. “Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya”.
e. “Orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari karena berada di antara dua perasaan takut”
f. “Hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut akan kiamat yang hendak menagih janjinya”
g“Banyak duka cita di dunia memperteguh semangat amal shaleh”
Sikap tasawuf Hasan Al-Bashri senada dengan sabda Nabi yang berbunyi:
“Orang yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana yang orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya”.[3]
2. Al Muhasibi
Nama lengkapnya adalah abu abdillah Al Harits bin asad Al muhasibi (w 243 H). Ia di lahirkan di basrah irak tahun 165 H/781M dan meninggal di bahgdad irak tahun 243H/857M.Ia menempuh jalan tasawuf karena hendak keluar dari keraguan yang dihadapinya.
Dia memandang bahwa jalan keselamatan hanya dapat ditempuh melalui ketakwaan kepadaAllah, melaksanakan kewajiban, wara’ dan meneladani Rasulullah.
1.       Pandangan Al Muhasibi tentang Ma’rifat
Menurut AL Muhasibi, ma’rifat harus ditempuh melalui jalan tasawuf yang mendasarkan kepada kitab dan sunnah. Tahapan ma’rifat adalah sebagai berikut:
1.        Taat. Awal kecintaan kepada Allah SWT adalah taat, yaitu wujud konkret ketaatan hamba kepada Allah. Kecintaan kepada Allah hanya dapat dibuktikan dengan jalan ketaatan, bukan hanya sekedar pengungkapan semata. Implementasinya adalah memenuhi hati dengan sinar dan kemudian melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain.
  1. Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari  oleh cahaya yang memenuhi hati merupakan ma’rifat selanjutnya.
  2. Pada tahap ketiga ini Allah menyingkapkan khazanah-khazanah keilmuan dan keghaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua tahap di atas. Ia akan menyaksikan berbagai rahasia yang selamam ini disimpan Allah.
  3. Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh sementara sufi dengan gana’ yang menyebabkan baqa’.
2.       Pandangan Al Muhasibi tentang Khauf dan Raja’
Khauf (rasa takut) dan raja’ (pengharapan) menempati posisi penting dalam perjalanan seseorang dalam membersihkan jiwa.
Menurut Al Muhasibi, pangkal wara’ adalah ketakwaan; pangkal ketakwaan adalah introspeksi diri (musabat Al nafs); pangkal instrospeksi diri adalah khauf dan raja’; pangkal khauf dan raja’ adalah pengetahuan tentang janji dan ancaman Allah; pangkal pengetahuan tentang keduanya adalah perenungan.
Khauf dan raja’ dapat dilakukan dengan sempurna bila berpegang teguh pada Al Qur-aan dan As Sunnah.
Sebagaimana penjelasan Al Qur-aan tentang surga dan neraka.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.(Q.S. Adz Dzariyyat: 15-18)
 Raja’ dalam pandangan Muhasibi seharusnya melahirkan amal saleh. Inilah yang dilakukan oleh mukmin yang sejati dan para sahabat nabi, sebagaimana digambarkan oleh ayat:
¨Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi
3.      Al-Qusyairi
Nama lengkapnya adalah Abdul karim bin hawazin ia lahir tahun 376H di istewa,kawasan naisabur  dan wafat pada tahun 465H.
Disamping berguru pada mertuanya, abu ali ad daqoq  Imam Al-Qusyairy juga berguru pada para ulama lain. Diantaranya, Abu Abdurrahman Muhammad ibn al-Husain (325-412 H/936-1021 M), seorang sufi, penulis dan sejarawan. Al-Qusyairy juga belajar fiqh pada Abu Bakr Muhammad ibn Abu Bakr at-Thusy (385-460 H/995-1067 M, belajar Ilmu Kalam dari Abu Bakr Muhammad ibn al-Husain, seorang ulama ahli Ushul Fiqh. Ia juga belajar Ushuluddin pada Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad, ulama ahli Fiqh dan Ushul Fiqh. Al-Qusyairy pun belajar Fiqh pada Abu Abbas ibn Syuraih, serta mempelajari Fiqh Mazhab Syafi’i pada Abu Mansyur Abdul Qohir ibn Muhammad al-Ashfarayain.
Al-Qusyairy banyak menelaah karya-karya al-Baqillani, dari sini ia menguasai doktrin Ahlusunnah wal Jama’ah yang dikembangkan Abu Hasan al-Asy’ary (w.935 M) dan para pengikutnya. Karena itu tidak mengherankan, kalau Kitab Risalatul Qusyairiyah yang merupakan karya monumentalnya dalam bidang Tasawuf -dan sering disebut sebagai salah satu referensi utama Tasawuf yang bercorak Sunni-, Al-Qusyairy cenderung mengembalikan Tasawuf ke dalam landasan Ahlusunnah Wal Jama’ah.
 Dia juga penentang keras doktrin-doktri aliran Mu’tazilah, Karamiyah, Mujassamah dan Syi’ah. Karena tindakannya itu, Al-Qusyairy pernah mendekam dalam penjara selama sebulan lebih, atas perintah Taghrul Bek, karena hasutan seorang menteri yang beraliran Mu’tazilah yaitu Abu Nasr Muhammad ibn Mansyur al-Kunduri
Ajaran-Ajaran Tasawuf Al Qusyairi
Dalam karyanya Ar Risalah Al Qusyairiyyah, Al Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlus Sunnah. Dalam ungkapannya, Al Qusyairi menolak para sufi syathahi, yang mengesankan terjadinya perpaduan antara sifat-sifat ketuhanan, khsususnya sifat terdahuluNya, dan sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat baharuNya.
Selain itu dia mengecam keras para sufi yang gemar mempergunakan pakaian orang miskin, sedangkan tindakan mereka bertentangan dengan pakaian mereka.
            Dalam konteks berbeda, Al Qusyairi mengemukanan suatu penyimpangan lain dari para sufi, dengan ungkapan pedas.
“Kebanyakan para sufi yang menempuh jalan kebenaran dari kelompok tersebut telah tiada. Tidak ada bekas mereka yang tinggal dari kelompok tersebut kecuali bekas-bekas mereka.”
Dalam hal ini jelaslah bahwa Al Qusyairi adalah pembuka jalan bagi kedatangan Al Ghazali yang berafiliasi pada aliran yang sama, yaitu Al Asy’ariyyah, yang nantinya merujuk pada gagasan Al Qusyairi.[4]
4.      Al Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath Thust Asy Syafi’i Al Ghazali.Dia dipanggil Al Ghazali karena dilahirkan di Ghazlah. Iran pada yahun 1058 M. Dan meninggal pada tahun 505           H pada usia 54 tahun.
Karya-karyanya menunjukkan bahwa AL Ghazali merupakan seorang pemikir kelas dunia yang sangat berpengaruh. Di kalangan Islam sendiri banyak yang menilai bahwa dalam hal ajaran ia adalah seorang kedua yang paling berpengaruh sesudah rasulullah Saw.
Di kalangan Kristen abad tenha, pengaruh Al Ghazali merembes melalui filsafat Bonabentura.Banyak literatur yang menyebutkan tentang jaza-jasa Al Ghazali bagi peradaban Islam.
Ajaran Tasawuf Al Ghazali
Didalam tasawufnya, Al Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al Qur-aan dan sunnah Nabi. Ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al Jamaah. Dari paham tasawufnya, ia menjauhkan semua kecenderungan gnotis yang mempengaruhi para filosof Islam, sekte Ismalilyah, aliran Syi’ah, Ikhwan Ash Shafa. Ia menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles seperti emanasi dan penyatuan. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa Al Ghazali benar-benar bercorak Islam.
Corak tasawufnya adalah psiko-moral yang mengutamakan pendidikan moral. Hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya seperti Ihya Ulum Al Din, Minhaj Al Abidin, Mizan Al Amal, Bidayah Al Hidayah, Mi’raj Al Salikin, Ayyuhal Walad. Oleh sebab itu, Al Ghazali mempunyai jasa besar dalam dunia Islam. Dialah yang memadkan antara ketiga keilmuan Islam, yakni tasawuf, fiqih dan ilmu kalam.
Al Ghazali menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk beroalh rasa dan berolah jiwa, hingga sampai pada ma’rifat yang membantu menciptakan (sa’adah).
a.    Pandangan Al Ghazali tentang Ma’rifat
Menurut Al Ghazali, ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan pengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada. Alat memperoleh ma’rifat bersandar pada sir, qalb dan roh.
Ma’rifat seorang sufi tidak dihalangi oleh hijab, sebagaimana ia melihat si Fulan ada di dalam rumah  dengan mata kepala sendiri.  Jadi ma’rifat menurut AL Ghazali adalah ma’rifat yang dibangun atas dasar dzauq rohani dan jasyf ilahi. Ma’rifat seperti ini dapat dicapai oleh para khawash auliya tanpa melalui perantara atau langsung dari Allah, sebagaimana ilmu kenabian. Nabi mendapat ilmu Allah melalui perantara malaikat, sedangkan wali mendapat ilmu melalui ilham. Namun kedua-duanya sama-sama memperoleh ilmu dari Allah.
b.    Pandangan Al Ghazali tentang As Sa’adah
Menurut AL Ghazali, kelezatan dan kebahagiaan yang paling tinggi adalah melihat Allah (ru’yatullah). Kenikmatan qalb sebagai alat memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah merupakan kenikmatan paling agung yang tiada taranya karena ma’rifat itu sendiri agung dan mulia.
Kenikmatan qolb sebagai alat memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah merupakan kenikmatan paling agung yang tiada taranya karena ma’rifat itu sendiri agung dan mulia.Kelezatan dan kenikmatan dunia tergantung pada nafsu dan akan hilang setelah manusia mati, sedangkan kelezatan dan kenikmatan melihat Tuhan tergantung pada qalbu dan tidak akan hilang walaupun manusia sudah mati, hal ini karena  qalbu tidak ikut mati, malah kenikmatannya bertambah karena dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya terang.
















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
 Dari segi linguistik tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana. Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak mulia yang mampu membentuk seseorang ke tingkat yang mulia. Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan Ruhnya dapat bersatu dengan Ruh Tuhan. Al-Ghazali mengatakan bahwa tasawuf itu adalah tuntunan yang dapat menyampaikan manusia mengenal dengan sebenar-benarnya kepada Allah Swt.
            Tasawuf diciptakan sebagai media untuk mencapai maqashid al-Syar’i (tujuan-tujuan syara’). Karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti salat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya, yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. ibadah yang dilakukan itu erat kaitannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution bahwa ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Alquran dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak/berpribadi mulia.
           




DAFTAR PUSTAKA

Anwar rosihan. 2009. ahklak tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Nata M.A, Prof. Dr. H. Abudin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,  cet. Kelima
M.sholihin. 2003. Tokoh sufi lintas zaman.Bandung: Pustaka Setia




  











           


[1] Rosihan anwar,ahklak tasawuf,(bandung pustaka setia2009)hlm 
[2] Nata M.A, Prof. Dr. H. Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, cet. Kelima

[3] Rosihan anwar,ahklak tasawuf,(bandung pustaka setia2009)hlm 

[4]  M.sholihin.Tokoh sufi lintas zaman.bandung:pistaka setia 2003 hlm19-23

makalah gerakan renaissance


MAKALAH
Gerakan Renaissance
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

 Oleh :
    Aan Kurniawan                           (113 111 001)
     Abdul Bashir                                  (113 111 002)
     Abdul Haris F                                (113 111 003)
     Abdurrahman siddiq                      (113 111 004)
     Agustin Endah N C                       (113 111 008)
     Amelia Ririn Agustin                     (113 111 028)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebijakan atau Pengetahuan sejati itu tidak mungkin didapati oleh satu orang saja. Penemuan yang pertama dan mengajukan gagasan-gagasan yang memperbaharui gagasan  yang pertama, begitu seterusnya sepanjang kehidupan manusia berlangsung. Hal ini dimemugkinkan  keingin tahu manusia. yang besar sebagai refleksi dan potensi dan potensi kemanusia yang dimilikinya yang dianugrahkan yaitu akal, intuisi, alat derita, dan kekuatan fisik. Adapun penemuan penemuan dimaksud mencangkup seluruh pertanyaan-pertanyaan hidup mengenai arti, isi dan makna dari segala sesuatu yang dilihat dan dialami oleh manusia.[1]
Pada masa renainssace adalah rasionalisme yang menetapakan bahwa kebenaran berpusat dari akal tetapi setiap akal bergantung pada subjek yang menggunakanya. Oleh karena itu seorang filosuf rasionalis menekankan bahwa berfikir sebagai wujud keberadaan diri jika seorang berfikir berarti ia ada ajaran ini diperkenalkan oleh rene descartes dengan paradigma cagito ergo sum atau sagito descartes.[2]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas maka pemakalah dapat merumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah Renaisans ?
2.      Apa Renaisans humanisme itu ?
3.      Apa saja kemajuan ilmu pada zaman Renaisans ?
4.      Siapa tokoh-tokoh pada zaman Renaisans dan bagaiamana pemikirannya ?


BAB II
            PEMBAHASAN
A.   Sejarah Renaisans
Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, khususnya yang terjadi di Eropa. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkiatan intelektual. Orang pertama yang menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Peranci yang terkenal, menurutnya renaisans ialah periode penemu manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Renaisans adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan.yang turut ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. jaman Renaisans kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains, diantara perkembangan itu terjadi pula perkembangan dibidang filsafat. Descartes sering disebut tokoh utama filsafat muda.
Sejak permulaan Renaisans, sebenarnya individualisme dan humanisme telah dicabangkan oleh Decartes untuk memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisans. Humnusme ialah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia. Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang beragama. Oleh karena itu zaman ini sering juga disebut zaman humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertengahan. 
Pada zaman pertengahan manusia tidak dihargai sebagai manusia.kebenaran diukur berdasarkan dari gereja (kristen)bukan dari ukuran yang dibuat oleh manusia, padahal manusia mempunyai kemampuan berfikir.[3]



B.   Renaissance Humanisme
Datangnya sejarah Yunani di eropa karena minat orang-orang terhadap kebudayaan Yunani pada khususnya dan kebudayaan kuno pada umumnya. Orang mau mengambilnya kebudayaan kuno itu didunia itulah yang dianggap kebudayaan yang sempurna. Masa ini terkenal dengan sejarah sebagai lahirnya kembali zaman kuno atau renainssance. Dalam pandangan filsafat pun tidak ketingalam. Orang tidak lagi memutuskan pikiranya kepada tuhan dan surga. Melainkan dunia saja dan dalam dunia itu yang merupakan pusat utama ialah manusia. Manusia didewa-dewakan, manusia tidak hanya merupakan pusat pandangan di sana-sini manusia merupakan tujuan adanya. Aliran yang  memusatkan pandangan kepada manusia yang disebut humanisme. Mungkin terjadi dalam aliran ini bahwa manusia  lalu menjadi hal yang tertinggi. Lain hal tidak ada, maka humanisme ini  menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak tiap-tiap humanisme merupakan humanisme ateitis.
Adapun manusia, pusat pandangan dan pengetahuan, bukanlah manusia pada umumnya seperti jaman yang yang mendahuluinya melainkan sesuai dengan sifat moderen ini. manusia perseorangan yang merupakan individu yang kongkrit. Dan itu dalam kesusilaan pun tidak ada patokan umum. Dalam sistem pun manusia merupakan individu yang mengutamakan segala kekuatan, terutama budinya.
Dalam ilmu mencapai berbagai macam perkembangan yang bukan main. Seperti ilmu bahasa, ilmu hayat dan ilmu alam. Metode ini dicari serta didapatnya sendiri  dan hasilnya mengagumkan. Pada kalangan Scholastik tidak dikatakan ada kemajuan ilmu. Walapun harus diakui bahwa pada abad ke-15 dan ke-16 beberapa bagian Eropa terutam di Spanyol ada filsuf-filsuf  yang ternama. Tetapi pengaruh mereka  kurang besar pada kalangan ilmuan pada umumnya. Filsafat merosot nilainya baik karena hasilnya yang kurang gemilang maupun karena dianggap terlalu kuno. Sedang pedapat-pendapat baru pada jaman renaissance ini biasanya amat bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap pendapat merasa benar, orang bebas dalam segalanya.[4]
Perkembangan aliran humanisme di dunia barat Sejak abad ke-15 semakin menyadarkan para cendikiawan akan peranan dan kemampuan manusia dan martabatnya, dengan tidak berdasarkan iman dan agama. Dukungan atas kesadaran itu dicari dan ditemukan dalam studi tentang sastra, seni, dan filsafat masa yunani dan romawi kuno prakristiani.sehingga perkembangan tersebut renaissance.
            Dari dunia pasifik Barat salah satu titik definitif perkembangan itu dicapai pada masa revolusi prancis dalam bidang filsafat sudah ada tanda-tanda ke arah pembaharuan itu. Umpamanya  Rene Dekartes, Barakh Spinoza, Blaise Pascal. Para filsof aliran empirisme inggris namun yang paling jelas adalah Immanukant dengan “revolusi kepernikan- kepernikanya.
 Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita jumpai nama-nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis, Pierre – Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu – ilmu kemanusiaan, Wilheim Dilthey.
            Kesadaran akan kedudukan khas ilmu - ilmu kemanusiaan dibandingkan ilmu - ilmu empiris lainnya dengan paling jelas dirumuskan oleh August Comte. Yang dianggap sebagai “Bapak Sosiologi” . Menurut dia, sesudah zaman teologis metafisis tibalah zaman ilmu -ilmu positif (empiris) yang definitive. Pada tahap pengetahuan positif  ia membedakan, mulai dari yang paling abstrak : Matewamatika (yang memang bukan empiris menurut klasifikasi kita disini). Ilmu falak, fisika, kimia, ilmu hayat, fisika social (sosiologi). Semua ilmu dalam keadaan jadinya seolah olah ingin mendekati ciri deduktif dan kepastian matematika. Namun semuanya tak pernah berhasil. Yang paling berhasil mendekati ilmu falak, dan yang paling jauh adalah fisika sosial. Kendati ilmu ini mencita-citakan bagan deduktif.
C.   Gerakan renaissance dan pengaruhnya di barat
Eropa Abad Pertengahan memiliki ciri khusus di mana kekuasaan Gereja berpengaruh sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan negara saat itu. Hal ini lebih lanjut juga mempengaruhi sistem filsafat jaman itu, berikut pula perkembangan ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu pengetahuan dipandang dan digunakan untuk melegitimasi keyakinan yang didasarkan pada dogma-dogma agama. Filsafat pun demikian. Pendeknya, sebagaimana tradisi skolastik, segala sesuatu harus disesuaikan dengan kepercayaan akan dogma-dogma agama.
            Cara pandang modern sebagai lawan dari cara pandang Abad Pertengahan dimulai di Italia dengan gerakan yang disebut Renaissance. Gerakan ini merupakan antitesa bagi corak kesadaran Abad Pertengahan yang ditandai oleh kesatuan, keutuhan, dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam bentuk metafisika atau ontologi.
         Apa yang dikehendaki oleh Renaissance adalah hal-hal baru sebagai kritik terus-menerus terhadap nalar teosentrisme yang melulu dipelihara pada abad pertengahan. Dari situ kemudian lahirlah berbagai macam bidang keilmuan yang dipisahkan dari pengaruh agama dan dogma, dengan sepenuhnya didasarkan pada kekuatan subyektif akal-budi manusia (antroposentrisme).
Renaissance, meskipun bukan gerakan populer dan hanya dimotori oleh segelintir intelektual dan seniman “liberal”, gerakan ini mempengaruhi banyak hal dalam peradaban Eropa. Seni, sains, filsafat, dan –lebih dari itu- pola hidup Eropa, secara revolusioner bergerak menjauh dari style Abad Tengah yang puritan menjadi liberal. “Cogito ergo sum” yang di bawa descartes menjadi pondasi yang sangat mendukung, hal itu di pandang sangat jelas dan cocok.
            Secara ringkas dapat diketahui beberapa perubahan yang sangat signifikan terjadi di Eropa yang dalam hal ini berkenaan dengan pengaruh Renaissance, yakni di bidang sains (berikut juga seni), paradigma sosial, politik,ekonomi.Ada  cukup alasan yang menjadi dasar bagi pertentangan antara otoritas gereja dengan kepentingan sains,Salah satu alasan yang kiranya paling mendasar adalah bahwa dalam kenyataannya, sains, sebagai sesuatu yang relatif, seringkali bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh gereja,
            Maka logislah jika selama gereja berkuasa ruang bebas bagi sains menjad isempit Pembebasan dari otoritas gereja mendorong terbentuknya cara berpikir yang sama sekali berbeda dengan dogma Abad Pertengahan. Otoritas gereja menyatakan ketentuan-ketentuannya sebagai kepastian absolut dan tidak bisa diubah selamanya. Objektifitas semacam ini tentu menjadi ruang sempit bagi kebebasan akal manusia untuk berkreasi,Pada Renaissance, otoritas gereja yang absolut itu diluluh-lantakkan sedemikian rupa oleh sains yang pernyataan-pernyataannya dibuat secara tentatif berdasarkan kemungkinan (relatif) dan dianggap dimodifikasi. Renaissance merupakan masa kebangkitan bagi sains.
 Gerakan ini mendorong tumbuhnya kebiasaan untuk menghargai aktifitas intelektual sebagai sebuah kerja sosial yang sulit, penuh tantangan dan menyenangkan, bukan meditasi menyendiri yang bertujuan memelihara ortodoksi predeterministik.Pada masa itulah tokoh-tokoh saintis banyak sekali muncul di Eropa.
            Di antara mereka kita kenal beberapa yang dapat dikatakan terbesar dan paling berpengaruh. Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton adalah tokoh besar yang pengaruhnya sangat menentukan bagi perkembangan sains selanjutnya. itu, berbagai macam penemuan mulai dari teleskop, mikroskop, mesin cetak, kompas, mesiu, dan sebagainya, merupakan hasil dari perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang luar biasa pada abad itu.
Kecenderungan baru pada masyarakat Eropa ini juga memacu perkembangan dunia seni secara revolusioner.
Kebebasan berekspresi demikian menggebu-gebu mengalahkan segala tabu yang pada Abad Pertengahan menghegemoni perkembangan pemikiran manusia. Dalam hal ini Renaissance, lebih jauh dari pada membebaskan, juga membuat Eropa mengalami euforia. Seni untuk seni, sebagaimana sains untuk sains, adalah slogan yang sangat mengakar pada kesadaran banyak seniman Eropa Abad Renaissance. Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci adalah dua di antara para jenius yang dibesarkan dalam ruang euforia itu.
Selanjutnya, apa yang juga menjadi dampak langsung dari Renaissance adalah berubahnya atmosfir sosial-politik di daratan Eropa. Hal ini,terjelaskan dengan menguatnya negara-negara yang menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Ini merupakan awal bagi demokrasi, dalam pengertiannya sebagai paradigma sosial yang modern, yang menjadi sebuah kekuatan politik penting menggantikan monarki,absolut.
        Bentuk pemerintahan demokratis yang muncul sebagai paradigma baru tersebut kemudian pada perkembangannya diikuti dengan munculnya bentuk kebudayaan baru, yakni kebudayaan liberal. Model ekonomi feodalistik yang diganti dengan model kapitalistik adalah suatu pengejawantahan, sekaligus konsekuensi logis, dari paradigma liberal yang berlaku, yang memiliki pondasi kuat berupa individualisme dan, tentu saja, humanisme
 Lantas  tidak hanya sampai di sini, dialektika yang berlangsung dalam situasi ini pun mendorong sekularisasi, yaitu pemisahan kekuasaan politis dari agama.[5]





D.   Kemajuan ilmu pada zaman Renaissance
Renaissance merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu.
 Zaman yang yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme.
 Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa. Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali satra di Inggris, Perancis, dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renaissance dengan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaissance. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa zaman uap ke zaman llistrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket, dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaissance ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa matahari berada dipusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari, Teorinya  ini  disebut  Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagat raya.[6]
Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa prinsip Heliosentrisisme akan sangat memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan dan lingkungan gereja saat itu. Menurut gereja, prinsip Geosentrisisme dianggap lebih benar daripada prinsip Heliosentrisisme. Tiap siang dan malam kita melihat semuanya mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat prhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham demikian disebut Homosentrisime. Dengan kata lain, prinsip Geosentrisisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Heliosentrisisme. Jika dalam keadaan demikian prinsip Heliosentrisisme dilontarkan, maka akan berakibat berubah dan rusaknya seluruh kehidupan manusia saat itu
Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is power (Pengetahuan adalah Kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:
1.      Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern,
2.      Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan,
3.      Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.
        Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho Brahe Johannes Keppler. Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru. ia membuat alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan teliti. Berdasarkan alat-alat besar itu dan nengan ketekunan serta ketelitian pengamatannya, maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun  sangat besar artinya untuk ilmu dan kehidupan sehari-hari.
         Perhatian Tycho Brahe dimulai pada bulan November tahun 1572, dengan munculnya bintang baru di gugusan Cassiopea secara tiba-tiba, yaitu bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi. Bintang yang dalam waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern disebut Nova atau Supernova, tergantung dari besarnya dan massanya. Timbulnya bintang baru itu menggugurkan pendapat yang dianut sampai saat itu, yaitu oleh karena angkasa diciptakan Tuhan, maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian, Tycho berhasil menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan, dan tenaga pembantu.
      Dalam tahun 1577, ia dapat mengikuti timbulnya sebuah komet. Dengan bantuan alat-alatnya, ia menetapkan lintasan yang diikuti komet tersebut. Ternyata lintasan lebih jauh dari planet venus. Penemuan ini membuktikan, bahwa benda-benda angkasa menempel pada crystaline spheres, melainkan datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat yang dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi. Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya terapung bebas dalam ruang angkasa”.
     Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematika. Setelah Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada Keppler. Di samping melanjutkan pengamatan, Keppler juga tetap mengembangkan Astrologi untuk memperoleh uang guna memelihara perkembangan Astronomi. Dalam mengolah bahan peninggalan Tycho ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa bergerak, mengikuti intasan circle karena sesuai kesempurnaan ciptaan Tuhan. Semua perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan merupakan sebuah elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa mengakui bahwa lintasan memang berbentuk elips.
    Selain itu dalam hitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet ini bergerak X jam lamanya, maka luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dalam waktu X jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat dengan matahari (perihelion) kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika planet berada paling jauh dari matahari (abhelion). maka kecepatannya paling kecil.
      Hal ketiga yang ditemukan Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi orbit oleh masing-masing planet adalah P dan Q, sedang jarak rata-rata dari planet B ke matahari adalah X dan Y, maka P+: Q+ = X+: Y+. Dengan demikian Kepplert menemukan tiga buah hukum astronomi, yaitu:
1.       Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintai bidang yang luasnya sama.
3.      Bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+ = X+ : Y+.
Ketiga hukum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira sepuluh tahun tanpa logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus-menerus menjadi landasan utama untuk perhitungan yang tepat. Perhitungan yang tepat memaksa disingkirkannya takhayul, misalnya tentang pergerakan sempurna atau sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan suatu jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku universal.
            Ketiga hukum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam astronomi, meskipun di sana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan Keppler memberikan sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi keterangan lengkap, baik mengenai ketepatan maupun bentuk elips-nya.
            Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo menerima prinsip tata surya yang heliosentris serta hukum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan teropong itu ia dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.
                 Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan. Pertama, golongan yang langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti berat, panjang, dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia.
Sejak nGalileo, ilmupada umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena sifatnya subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor  perkembangan imu dan penemu dasar ilmu modern, yang hanya berpegang pada soal-soal yang objektif saja.
            Pada masa yang bersamaan dengan Keppler ndan Galileo ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis E, yang kemudian diubah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian diperluas oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Keppler mendengar tentang penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemuan logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi satu bulan.
Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan cara melihat sesuatu yaitu manusia A melihat benda P dari tempat. Oleh karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancar lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus lurus. Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate System, seperti halnya Descrates.
Disamping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori Al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan Newton dan Leibniz kemuudian akan menjelma sebagai perhitungan diferensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistik.[7]
E.  Pemikiran pemikiran yang muncul pada mas renaissance
Zaman renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan yang modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang meridukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan illahi. Ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman ranaissance. Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut.
1.      Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
2.      Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hiparchus Ptolomeus yang menganggap  bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).
3.      Johannes Keppler menemukan tiga buah hukum Keppler menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyidikan brahe  sebelumnya, yaitu
a.       Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c.       Dalam peenghitungan matematika terbukti bahwa bila jarak ratarata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y,sedangkan waktu untuk melintas orbit masing-masing adalah P dan Q, maka  P2 : Q2 = X3:Y3.
4.      Galileo Galilei, membuat teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.Ia menemukan eberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahawa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan sepertihalnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri melainkan hanya memantulakan cahaya dari matahari.







BAB III
        PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas mengenai sejarah Renaissance berikut pengaruh gerakan itu di Eropa, kita dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain :
Renaissance timbul sebagai reaksi kritis terhadap pola pemikiran sekaligus dogma religius yang berkembang pada Abad Pertengahan.
 Renaissance dilandaskan atas dasar humanisme liberal yang menjadi ciri khas bagi corak kesadaran modern. Rasionalisme Cartesian besar pengaruhnya dalam hal ini. Semangat humanisme-liberalisme itu mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan bangsa-bangsa Eropa.
 Dalam hal sains, runtuhnya dominasi dan otoritas gereja memacu secara signifikan perkembangan ilmu pengetahuan.
 Dalam perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan, kita jumpai nama- nama seperti Auguste Comte, Karl Marx, Friendrich Engeis, Pierre-Joseph Proudhon, Sigmund Freud, dan terutama teoretikus ilmu-ilmu kemanusiaan, Wilheim Dilthey. Tokoh-tokoh yang terkenal ialah Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.










DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhatiar, 2000, Filsafat Umum, Jakarta.
Hasymsyah Nasution, 1999, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hendi Suhendi, 2008, Filsafat Umum, Bandung: CV Pustaka Setia.
Poedja Wijanta, 1961, Pembimbing ke Arah Filsafat, Jakarta : Pustaka Sarjana.
Rizal Muntasir dan Minal Munir, 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Russel, Bertrand,2002, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko, dkk),yogyakarta: Pustaka Pelajar





[1] Dr. Hasyimsyah Nasution, M.A., Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm. 2
[2] Hendra Suhendi, Filsafat Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008),hlm. 340.
[3] ibit, Filsafat Umum, hlm. 339-340.
[4] Poedja Wijanta, Pembimbing ke Arah Alam, (Jakarta: Pustaka Sarjana, 1961), hlm. 91-92
[5] Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat (terj: Sigit Jatmiko, dkk), Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2002

[6] Rizal Muntasir dan Minal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar:2002)
[7]  Amsal Bakhatiar, Filsafat Umum, hlm 49-57