Halaman

1/02/2016

Makalah Proses belajar-mengajar



Proses belajar-mengajar

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia,karena dengan adanya pendidikan akan terbentuk manusia yang terampil dan berkualitas. Sehingga mampu bersaing dengan manusia lainya. Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan meningkatkan dunia pendidikan.hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan – persoalan yang aktual dan mampu menghasilkan teknologi baru merupakan perbaikan dari sebelumnya.
Pendidikan tersebut dapat diperoleh dengan cara belajar. Semakin banyak belajar maka semakin banyak juga ilmu yang akan kita peroleh. Belajar memerlukan suatu proses yang nantinya akan memberikan output. Pengetahuan atau pendidikan yang kita dapatkan dari kebiasaan belajar, bisa menjadi alat ampuh dalam membantu kita mengambil keputusan yang berkualitas. Dengan kemampuan yang selalu disempurnakan, kita menjadi lebih bijak dalam melihat suatu permasalahan, karena bisa melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar bukanlah hanya sekedar aktivitas yang sedang terjadi pada diri individu, akan tetapi terjadi atas usaha individu sendiri dengan cara mengolah informasi yang ada dan menerapkanya.
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Proses belajar itu terjadi karena antara interaksi antara seseorang dengan lingkungan.Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya. Apabila proses belajar itu diselanggarakan secara formal disekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Berdasarkan permasalahan diatas maka penyusun makalah yang berjudul “ Proses Belajar-mengajar “.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penegertian  Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[1]”.Selanjutnya Nana Sudjana mendefenisikan: “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu perubahan pada diri seseorang[2]”. Perubahan yang dimaksud itu berupa hasil belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk.

B.     Ciri Khas Perilaku Belajar
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan antara lain psikologi pendidikan oleh surya (1982) disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Siantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.      Perubahan intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, ketrampilan dan seterusnya. Sehubunga dengan iru perubahan yang diakibatkan mabuk, gila dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar,karena individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaannya.
Disamping itu perilaku belajar itu menghendaki perubahan tersebut. Jadi jika seorang siswa belajar  bahasa inggris, maka sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut ia akan gunakan untuk keperluan studi ke luar negeri atau unuk sekedar bisa membaca teks-teks atau literature berbahasa Inggris.
2.      Perubahan positif dan aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermnfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penmbahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan ketrampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti krena proses kematangan (misal, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk) tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3.      Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat yakni berhasil guna. Artiya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan,perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fugsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Selain itu perubahan yang efetif dan fungsional biasanya  bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Segabai contoh, jika seorang siswa belajar menulis, maka di samping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan mengarng surat dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.

C.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai proses atau aktifitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau fakto-fakt-faktororktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan iklasifikasi demikian:
1.      Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a.       Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor  ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya misalnya : keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungan nya), alat-alat yang di pakai untuk belajar  (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).
Semua faktor-faktor  yang telah disebutkan diatas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara kolah. Letak sekolah atau tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi  syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah.  Deikian pula alat-alat  harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, spikologi dan paedagogis.
b.      Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (yaitu sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya dapat disimpulka, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar , banyak kali menggangu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas; atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di tas itu pada umumnya bersifat menggangu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar.
2.      Faktor-faktor yang berasal  dari dalam diri si pelajar, ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a.       Faktor-faktor fisiologis
Faktor-faktor  fisiologis ini masih dapat lagi di bedakan manjadi dua  macam, yaitu:
1)      Tonus jasmani pada umumnya
·            Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar; keadaan jasmani yang  segar akan lain pengaruhnya dengan keadan jasmani yang kurang segar ; keadaan jasmani  yang  lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.
·            Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kuranya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.
·            Beberapa penyakit yang kronis sangat menggangu belajar  itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenisnya dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi  dalam kenyataan nya penyakit-penyakit semacam ini sangat menggganggu aktifitas belajar itu.
2)      Keadaan fungsi-fungsi  Jasmani  Tertentu Terutama  Fungsi-fungsi  Pancaindera
Bahwa pancaindera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang  mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan pancainderanya. Baiknya berfungsi pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan  dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
b.      Faktor-faktor psikologis
Secara garis besar faktor-faktor ini telah dikemukakan tetapi masih ada perlunya memberikan perhatian khusus kepada salah satu hal, yaitu hal yang mendorong aktifitas belajar itu, hal yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden  N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

-          Adanya  sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
-          Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju
-          Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman
-          Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi mau pun dengan kompetisi
-          Adanya keinginan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
-          Adanya ganjaran atau hukuman sebagai  akhir dari pada belajar

Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan  kebutuhan –kebutuhan saja, yang tentu saja dapat ditambah lagi, kebutuhan-kebutuhan tersebut  tidaklah  lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan  (seuatu kompleks) mendorong belajarnya anak. Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar  pengaruhnya dalam belajarnya anak-anak didik ialah cita-cit. Cita-cita merupakan pusaari  bermacam-amacam kebutuhan artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya disentralisasikan di sekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar.[3]

D.    Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus. Strategos berarti jenderal atau berarti pula perwira negara (states Officer). Jenderal inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dari mengarahkan pasukan untuk mencapai kemenangan. Kemudian secara spesifik Shirley  merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu merumuskan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi berarti : “ rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Selanjutnya H. Mansyur menjelaskan bahwa “ strategi” dapat diartikan “ Sebagai garis-garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan.” Kemudian menurut Newman and Logan,strategi dasar dari setiap usaha meliputi 4 hal sebagai berikut:
1.      Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi tujuan yang harus dicapai dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memperlakukannya.
2.      Pertimbangan dan pemeliharaan cara pendekatan utama yang dianggap ampuh untuk mencapai sasaran.
3.      Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal pelaksanaan sampai titik akhir di mana sasaran tercapai.
4.      Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku untuk digunakan dalam mengukur taraf keberhasilan usaha.
Dalam perkembangannya, konsep konsep strategi telah banyak digunakan dalam berbagai situasi , termasuk untuk situasi pendidikan. Implementasi  konsep strategi dalam situasi dan kondisi belajar mengajar ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian berikut:
1.      Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Lingkungan di sini adalah lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar dan  guru mengajar. Sedangkan kondisi dimaksudkan sebagai suatu iklim kondusif dalam belajar dan mengajar, seperti disiplin, kreativitas, inisiatif dan sebagainya.
2.      Strategi merupakan garis-garis besar halauan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
3.      Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
4.      Strategi “ sebagai pola-pola umum kegiatan guru dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan”.
5.      Strategi belajar mengajar berarti pola umum perbuatan guru –murid di dalam perwujudan kegiatan belajar dan mengajar. Pola ini merupakan macam dan urutan perbuatan yang ditampilkan guru –murid di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.
Secara singkat strategi belajar –mengajar, pada dasarnya mencakup empat hal utama, yaitu:
a.       Penetapan Tujuan Pengajaran Khusus (TKP), yaitu gambaran dari perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik yang diharapkan.
b.      Pemilihan sistem pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan.
c.       Pemilihan dan penetapan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang tepat yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran.
d.      Penetapan kriteria keberhasilan proses belajar mengajar sebagai pegangan dalam mengadakan evaluasi belajar mengajar.
Perlu dijelaskan pula bahwa strategi belajar mengajar bukanlah suatu desain instruksional seperti PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Satpel (Satuan Pelajaran) atau sejenisnya. Strategi belajar mengajar lebih luas dari semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi berarti mencari dan memilih model, metode dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang akan dicapai.
Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta dengan komponen-komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.
Selain itu strategi belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang memelihara konsistensi dan kekompakan setiap komponen pengajaran yang tidak hanya terjadi pada tahap perencanaan saja, tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi.  Hal demikian berbeda dari pembuatan PPSI, Satpel atau sejenisnya yang kegiatannya hanya terjadi pada tahap perancangan.[4]

E.     Penegertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar[5]. Kegiatan mengajar biasanya diidentikkan dengan tugas guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi. Mengajar pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
Walaupun demikian ada beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik:
1.      Guru yang baik memahami dan menghormati siswa.
2.      Guru yang baik harus memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
3.      Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
4.      Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.
5.      Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam hal belajar.
6.      Guru jangan terikat oleh satu buku pelajaran (textbook).

Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:
1.      Menguasai bahan, yaitu bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan penunjang bidang studi.
2.      Mengelola program belajar mengajar.
3.      Mengelola kelas.
4.      Penggunaan media atau sumber.
5.      Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6.      Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
7.       Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
8.      Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
9.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10.  Memahamai prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan belajar[6].

Mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan situasi di mana diharapkan anak didik dapat belajar dengan efektif. Situasi belajar terdiri dari berbagai faktor seperti anak didik, fasilitas, prosedur belajar, cara penilaian. Dalam situasi belajar itu ada kalanya guru mengatakan apa yang harus dilakukan oleh anak didik (direction), ada kalanya ia membimbing atau membantu dan memberikan saran kepada anak didik dalam menyelesaikan rencana atau tugas masing-masing (guidance).[8] Jadi kedua aspek itu, direction dan guidance terdapat di dalamnya.

F.      Metode mengajar
1.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan ajar dengan komunikasi dengan lisan. Metode ceramah sangat efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Dan sedangkan kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif,pengaturan kecepatan secara klasikal di tentukan oleh pengajar,kurang cocok untuk pembentukan ketrampilan dan sikap,dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.
2.      Metode tanya jawab
Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat yaitu meningkatkan pertisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar,membangkitkan minat rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang di bicarakan.
3.      Metode diskusi
Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka membahas mengenai tujuan atau sasaran tertentu melalui tukar- menukar informasi mempertahan kan pendapat atau pemecahan masalah.
4.      Metode kerja demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang seorang guru mendemonstrasikan atau memperlihatkan kepada seluruh siswa tentang suatu proses. Contohnya  proses pembuatan kue, proses mengatur kebersihan ruangan,proses mengerjakan suatu pekerjaan dan lain-lain.[7]

G.    Konsep Belajar Mengajar
Guru merupakan figur yang sentral dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas institusional dalam proses belajar mengajar, karena di tangan para guru terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan masa depan karier para peserta didik yang menjadi tumpuan harapan para orang tua. Oleh karena itu setidaknya seorang guru memiliki tugas-tugas pokok antara lain: mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain para guru mampu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dengan memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian dengan proses belajar mengajar, sebagai berikut:
1.      Aspek siswa, seorang guru harus memahami segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri peserta didik, guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan para peserta didik.
2.      Aspek tujuan, yaitu apa yang akhirnya diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan belajar mengajar, yang diaplikasikan ke dalam kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur).
3.      Aspek guru, sebagai figur pendidik seyogyanya dalam proses belajar mengajar selalu mengusahakan terciptanya situasi yang mengarah pada proses pengalaman belajar (learning experience) pada diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
Dari sini timbul suatu pemahaman bahwa terjadinya perilaku belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada guru tidak berlangsung dari satu arah (one way system) melainkan terjadinya secara timbal balik (interaktif, two way traffic system) yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama.
Setidaknya minimal ada tiga komponen yang harus dipahami oleh guru dalam rangka pencapaian dari perubahan-perubahan dari hasil proses belajar mengajar, yaitu:
1.      Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
2.      Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
3.      Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannnya, dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya.


















BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar bukanlah hanya sekedar aktivitas yang sedang terjadi pada diri individu, akan tetapi terjadi atas usaha individu sendiri dengan cara mengolah informasi yang ada dan menerapkanya.
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Proses belajar itu terjadi karena antara interaksi antara seseorang dengan lingkungan.Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya. Apabila proses belajar itu diselanggarakan secara formal disekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap.










DAFTAR PUSTAKA
Slameto,2003 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta

Nana Sudjana, 1989.Teknologi Pengajaran (Bandung: Sinar Baru

Mufarrokah, Anissatul.2009.Strategi belajarmengajar.Yogyakarta:TERAS
Syah,Muhibbin.2011.Psikologipendidikan.Bandung:PT.Remajarosdakarya
Syurya brata Sumadi. 2001. Psikologipendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada
Hasibuan J.J danMoedjiono. 2006. Proses BelajarMengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya




[1] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.

[2] Nana Sudjana, Teknologi Pengajaran (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm. 10.
[3] Sumadi syuryabrata.. Psikologi pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2001) hlm233-238

[4]Anissatul  Mufarrokah.Strategi belajar-mengajar.(Yogyakarta:Teras.2009).hlm 36-39

[5] B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 18.

[6] Ibit hal 4-5
[7] Hasibuan J.J danMoedjiono. Proses BelajarMengajar.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya2006.).hal 13-29