MENILAI
KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PESERTA
DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
Di dasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat
kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena
itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu
belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakterisik
peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil
karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan
dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan
mengoptimalkan kreativitas peserta didik.
Untuk itu dalam hal ini,
diperlukannya pemahaman dari guru untuk mengetahui keberagaman masing-masing
peserta didik melalui strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta
didik. Dengan mengetahui karakter siswa, guru dapat memetakan
kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh peserta didik yang akan
menunjang pembelajaran.
Oleh karena itu, pemakalah akan
membahas lebih lanjut mengenai penilaian karakteristik dan kebutuhan peserta
didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian karakteristik dan kebutuhan
1.
Pengertian
karakter adalah sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang di miliki setiap
individu,setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan
karakteristik yang di peroleh dari lingkungan sekitar. karakteristik bawaan
merupakan kerakteristik keturunan yang di miliki sejak lahir yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
2.
Pengertian
kebutuhan peserta didik adalah tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti
kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada
prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu
tersebut.
B.
Pengertian Anak Didik
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pengertian peserta didik kita
akan sedikit membahas tenteng pengertian pendidikan lebih dahulu, educating is
a process of deliberate intervention in the lives of students in order to
change the meaning of experience, and it begins in midstream of important
events in their lives. the change educating makes happen empowers students to
become self-educating; they lean to take charge of their owen experience.[1]
Anak didik
adalah subjek utama dalam pendidikan.dialah yang belajar setiap saat, belajar
anak didik mesti harus selalu berinteraksi edukatif.dia bisa juga belajar
mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik,
belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan.setelah pulang sekolah
anak didik harus belajar di rumah.mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada
malam,pagi atau sore hari.demikianlah,anak didik selalu belajar dengan jadwal
belajar yang telah di programkan.[2]
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan
sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan
bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga
pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Peserta
didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu
dengan bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut secara
optimal . Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang
mengikuti pendidikan dilihat dari tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang
belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik[3]. Oleh
karena itu, peserta didik dibantu oleh guru, orangtua, dan orang dewasa lainnya
untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
C.
Karakteristik Peserta Didik.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan
karakteristik yang di peroleh dari lingkungan sekitar. karakteristik bawaan
merupakan kerakteristik keturunan yang di miliki sejak lahir yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Seorang anak mungkin memulai
pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun.pada
awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun.
Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak ,karakteristik pribadi dan
kebiasaan–kebiasan yang di bawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh
lingkungan dan hal tersebut tampaknya mempunyai pengaruh terhadap kebiasaanya
di sekolah dan masa perkembangan hidupnya kemudian. Setiap peserta didik memiliki
ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh dari lingkungan. Agar
pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami
karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang
dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis. Menurut Tirtaraharja, mengemukakan 4 karakeristik yang dimaksudkan
yaitu :
1.
Individu
yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk
yang unik.
2.
Individu yang sedang berkembang. Anak
mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar.
3.
Individu yang membutuhkan bimbingan
individual.
4.
Individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk
berkembang kearah kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik
peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu:
a)
Faktor
bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu yang
menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelegensi.
b)
Faktor
lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual, mental,
psikis, dan juga terkadang fisik dan intelegensi.
Faktor
lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:
1.
Lingkungan
Keluarga
Pada lingkungan
keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang sukses
kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan orang tuanya, kesuksesan
teman orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib
keluarga yang melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh bagi
adik-adiknya, motivasi sebagai adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan
kakaknya.
2.
Lingkungan
Sekolah
Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi
juara kelas, motivasi ingin kaya karena melihat orang tua temannya yang kaya,
ataupun motivasi dari gurunya.
3.
Lingkungan
Masyarakat.
Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari
tetangganya yang sukses, motivasi karena keluarganya selalu diremehkan
masyarakat, ataupun motivasi karena masyarakatnya diremehkan masyarakat lain.
Setelah mengetahui faktor-faktor
tersebut guru dapat memahami bahwa peserta didiknya digolongkan sebagai
individu yang unik dan pilah karena peserta didik pada hakikatnya terdiri dari
individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Terdapatnya
perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik membuat guru harus
pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta
didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika, tentunya tidak semua siswa
berminat dalam pelajaran fisika, mungkin ada siswa berminat pada musik, lantas
guru tidak harus memaksanya untuk dapat menyukai fisika apalagi memaksakan agar
paham fisika lebih mendalam dengan memberikan soal dan tugas yang banyak dan
sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak dapat mengerjakan
soal/tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan potensi buruk pada
diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya terhadap lingkungan yang
diterimanya. Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah
yang lebih baik seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga
semakin tinggi sehingga membuat peserta didik terbiasa berpikir secara
realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya mendukung dan membantunya
mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta didik yang demikian
tidak perlu diajarkan fisika sampai mendalam karena itu hanya akan membuatnya
menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi kompetensi guru untuk
dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep fisika yang
berhubungan dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik tersebut
tidak mengerti paling tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di
kelasnya.
Selain dengan cara itu guru juga bisa melakukan
pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta didiknya
dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan memberikan
kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada temannya yang
kurang mengerti. Sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi peserta didik
dalam kelas.
D.
Memahami
Perbedaan Peserta Didik.
Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang
dihadapi adalah anak manusia yang berbeda-beda sifat, sehingga jika guru
menghadapi 50 siswa pada dasarnya guru juga telah siap dengan 50 keunikan yang
telah mereka miliki. Secara umum yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
pengajaran di kelas adalah factor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk
menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan system pendidikan
secara keseluruhan. Idealnya, perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan
dengan pendekatan individunya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidik tidak
semata-mata bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai individu, tetapi
juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat yang bervariasi. Secara
rinci, kondisi awal yang berupa kesiapan akan menghadapi pelajaran, atau
kondisi-kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengajaran meliputi:
a)
Pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Perkembangan merupakan proses
perubahan yang dialami anak unuk mencapai kedewasaan yang diharapkan.
Perkembangan pada anak-anak melewati tahap-tahap tertentu dan setiap tahap
memiliki cirri khusus dan berbeda-beda dengan tahap lainnya sehingga pemahaman
terhadap tahapan perkenbangan yang dialami siswa dengan berbagai sifat-sifatnya
yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada guru sebagai pengajar untuk
menyesuaikan cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar, ataupun
pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
b)
Pribadi
siswa.
Kepribadian sering diartikan sebagai
keseluruhan sifat-sifat seseorang yang memiliki corak yang khas pada individu
saat bertingkah laku dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dan orang-orang
disekitarnya sehingga pemahaman terhadap pribadi anak mencakup banyak factor
fisik dan psikis serta berbagai aspek (potensi) yang ada pada siswa. Oleh
karena itu dalam bahasan ini pengertian kepribadian dibatasi pada aspek yang
diduga banyak berpengaruh terhadap kesiapan dan prediksi keberhasialan anak
dalam mengikuti kegiatan pengajaran yang terdiri atas:
1)
Fungsi
kognitif.
2)
Fungsi
konatif dinamik.
3)
Fungsi
afeksi
4)
Fungsi
sensorik-motorik.
5)
Fungsi
pribadi lain.[4]
E.
Perlunya
Pemahaman Perkembangan Peserta Didik.
Mempelajari berbagai aspek psikologi anak sangat membantu keberhasilan
proses pengajaran karena dengan memahami berbagai factor kondisi anak, akan
menjadi alat bantu yang penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berbagai
macam kegiatan dalam proses pendidikan yang memerlukan terhadap peserta didik
diantaranya perencanaan pendidikan, pemilihan alat dan sumber belajar,
pemilihan materi, pemilihan materi, interaksi belajar mengajar, pemberian
motivasi, layanan bimbingan penyuluhan dan berbagai factor lain. Dalam situasi
pengajaran atau dalam proses belajar mengajar, guru adalah figure sentral yang
kuat dan berwibawa, tetapi juga harus selalu dapat menunjukan sikap bersahabat
dengan anak. Guru adalah pengambil keputusan yang harus dapat mengambil
keputusan yang bijaksana dalam berbagai situasi dan untuk kepentingan
pendidikan.
Dengan mencermati begitu sentralnya masalah pemahaman peserta didik dalam
keseluruhan proses pendidikan tersebut, nampaknya tidak ada pilihan lain bagi
pengajar untuk berusaha semaksimal
mungkin memahami berbagai perbedaan yang ada pada anak didik untuk kemudian
menghubungkan berbagai perbedaan tersebut dengan pelayanan yang harus diberikan
tidak saja pelayanan secara individual yang berupa pengajaran remedial, layanan
bimbingan penyuluhan ataupun penanganan untuk anak-anak bermasalah, tetapi juga
pelayanan secara klasikal, misalnya dalam pemilihan alat dan sumber belajar,
pemberian ilustrasi dalam menjelaskan materi/bahasan tertentu tugas tersebut
bukanlah pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan ketelatenan dan dedikasi
yang tinggi untuk dapat selalu memahami anak, menyesuaian penyesuaian tersebut
dalam cara mengajar dan dalam pengambilan keputusan.
Apapun hambatan yang dialami dilapangan dan dimanapun sulitnya memahami
setiap individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar untuk
terus melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan hasil yang
maksimal. Menjadi beban yang tidak ringan juga bahwa untuk dapat melaksanakan
perannya sebagai pengajar dan pendidik itu akan sering dialami oleh guru
pertentangabn batin antara dirinya sebagai guru dan pendidik yang harus banyak
memahami orang lain dan fungsinya sebagai pribadi yang juga memiliki berbagai
perbedaan yang kadang kala juga memerlukan pemahaman khusus.
F.
Kebutuhan Peserta Didik.
Tingkah laku individu merupakan
perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru
perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat
membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas
kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran.
Di samping itu, dengan mengenal
kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran
setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan
peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan
menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia
yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan.
Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari
guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan
jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila
kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan
pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah peserta didik ini, sekolah melakukan upaya-upaya seperti :
1)
Memberikan
pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan
teratur
2)
Menanamkan
kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang
mengandung gizi dan vitamin tinggi
3)
Memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk beristirahat
4)
Memberikan pendidikan jasmani dan
latihan-latihan fisik seperti olahraga.
5)
Menyediakan berbagai sarana di
lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas,
bermain, berolahraga, dan sebagainya.
6)
Merancang
bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi
udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan nyaman
7)
Mengatur
tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka
masing-masing.
2.
Kebutuhan akan rasa aman.
Rasa aman
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama
rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah
sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur,
serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya
rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan
interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap
orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari
itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di
sekolah.
3.
Kebutuhan akan kasih sayang
Semua
peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru,
teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta
didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di
dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan
kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih,
gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu
munculnya tingkah laku maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan
melemahkan motivasi belajar mereka.[5]
4.
Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan
akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu,
ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain.
Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan
dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akanpositif. Sebaliknya,
apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak kurang
mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya
terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. Oleh sebab itu, untuk
menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:
1)
Menghargai
anak sebagai pribadi yang utuh
2)
Menghargai pendapat dan pilihan
siswa
3)
Menerima kondisi siswa apa adanya
serta menempatkan mereka dalam kelompok secara tepat berdasarkan pilihan
masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
4)
Dalam proses pembelajaran, guru
harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan
peserta didiknya
5)
Secara
terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
6)
Memberikan
penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif
dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu menilai perkembangan diri peserta
didik secara menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat
matematis[6]
5.
Kebutuhan
akan rasa sukses.
Peserta
didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama
dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang
dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa
apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta
didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan
penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa
ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal. Penghargaan yang tulus dari
seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat
mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai
kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi
penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam melakukan
suatu aktivitas. Guru harus menghindari komentar-komentar ynag bernada negative
atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Peserta didik menunjukkan seseorang manusia yang
belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju
kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Hal tersebut meruapkan dua faktor yang terbentuk
karena faktro terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan
individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi,
makin disadari bahwa apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa
merupakan hasil dari perpaduan anatara apa yang ada diantara faktor-faktor
biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Kebutuhan peserta didik:
1) kebutuhan jasmani.
2) Kebutuhan akan rasa aman.
3) Kebutuhan akan kasih saying.
4) Kebutuhan akan penghargaan.
5) Kebutuhan akan rasa sukses.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs saiful bahri djamarah.2008.psikologi
belajar,jakarta:Rineka cipta
Yusrina.2006.Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap
Pembentukan Akhlak .jakarta:fika aditama.
Siti hartinah.2011. pengembangan
peserta didik, bandung:fika aditama.
Suyanto&Djihan hisyam.2009
pendidikan di Indonesia memasuki melenium II,
Yogyakarta:adicita karya nusa.
D. Bob gowin & marino c. Alfarez.2005.,the
art of educating whith v diagrams,USA cambridge university press.
[1] D. Bob gowin & marino c. Alfarez,the
art of educating whith v diagrams,USA cambridge university press.2005,hlm 5
[3] Yusrina.Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan
Akhlak .jakarta:fika aditama.2006.hlm123
[4] Siti hartinah, pengembangan
peserta didik, bandung:fika aditama.2011.hlm19
[5]
Suyanto&Djihan hisyam, pendidikan di Indonesia memasuki
melenium II, Yogyakarta:adicita karya nusa.2009.hlm147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar