Halaman

1/02/2016

MENILAI KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK



MENILAI KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
 
BAB  I
PENDAHULUAN

Di dasari pada perbedaan peserta didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakterisik peserta didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta didik.
Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahaman dari guru untuk mengetahui keberagaman masing-masing peserta didik melalui strategi dan metode pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. Dengan mengetahui karakter siswa, guru dapat memetakan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh peserta didik yang akan menunjang pembelajaran.
Oleh karena itu, pemakalah akan membahas lebih lanjut mengenai penilaian karakteristik dan kebutuhan peserta didik.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian karakteristik dan kebutuhan
1.      Pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang di miliki setiap individu,setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang di peroleh dari lingkungan sekitar. karakteristik bawaan merupakan kerakteristik keturunan yang di miliki sejak lahir yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
2.      Pengertian kebutuhan peserta didik adalah tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut.
B.     Pengertian Anak Didik
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pengertian peserta didik kita akan sedikit membahas tenteng pengertian pendidikan lebih dahulu, educating is a process of deliberate intervention in the lives of students in order to change the meaning of experience, and it begins in midstream of important events in their lives. the change educating makes happen empowers students to become self-educating; they lean to take charge of their owen experience.[1] 
Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan.dialah yang belajar setiap saat, belajar anak didik mesti harus selalu berinteraksi edukatif.dia bisa juga belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik, belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan.setelah pulang sekolah anak didik harus belajar di rumah.mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam,pagi atau sore hari.demikianlah,anak didik selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah di programkan.[2] Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dengan bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal . Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang mengikuti pendidikan dilihat dari tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik[3]. Oleh karena itu, peserta didik dibantu oleh guru, orangtua, dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
C.    Karakteristik Peserta Didik.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang di peroleh dari lingkungan sekitar. karakteristik bawaan merupakan kerakteristik keturunan yang di miliki sejak lahir yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun.pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak ,karakteristik pribadi dan kebiasaan–kebiasan yang di bawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal tersebut tampaknya mempunyai pengaruh terhadap kebiasaanya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya kemudian. Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh dari lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Menurut Tirtaraharja, mengemukakan 4 karakeristik yang dimaksudkan yaitu :
1.      Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk yang unik.
2.       Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar.
3.       Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
4.       Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu:
a)      Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu yang menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelegensi.
b)      Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual, mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelegensi.
 Faktor lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:
1.      Lingkungan Keluarga           
Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib keluarga yang melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya.
2.      Lingkungan Sekolah
Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin kaya karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun motivasi dari gurunya.
3.      Lingkungan Masyarakat.
Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi karena keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun motivasi karena masyarakatnya diremehkan masyarakat lain.        
Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa peserta didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan pilah karena peserta didik pada hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Terdapatnya perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik membuat guru harus pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika, tentunya tidak semua siswa berminat dalam pelajaran fisika, mungkin ada siswa berminat pada musik, lantas guru tidak harus memaksanya untuk dapat menyukai fisika apalagi memaksakan agar paham fisika lebih mendalam dengan memberikan soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak dapat mengerjakan soal/tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya terhadap lingkungan yang diterimanya. Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah yang lebih baik seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga semakin tinggi sehingga membuat peserta didik terbiasa berpikir secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya mendukung dan membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta didik yang demikian tidak perlu diajarkan fisika sampai mendalam karena itu hanya akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi kompetensi guru untuk dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep fisika yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik tersebut tidak mengerti paling tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di kelasnya.
Selain dengan cara itu guru juga bisa melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada temannya yang kurang mengerti. Sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dalam kelas.
D.    Memahami Perbedaan Peserta Didik.
Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang dihadapi adalah anak manusia yang berbeda-beda sifat, sehingga jika guru menghadapi 50 siswa pada dasarnya guru juga telah siap dengan 50 keunikan yang telah mereka miliki. Secara umum yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran di kelas adalah factor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan system pendidikan secara keseluruhan. Idealnya, perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan individunya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidik tidak semata-mata bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat yang bervariasi. Secara rinci, kondisi awal yang berupa kesiapan akan menghadapi pelajaran, atau kondisi-kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengajaran meliputi:
a)      Pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak unuk mencapai kedewasaan yang diharapkan. Perkembangan pada anak-anak melewati tahap-tahap tertentu dan setiap tahap memiliki cirri khusus dan berbeda-beda dengan tahap lainnya sehingga pemahaman terhadap tahapan perkenbangan yang dialami siswa dengan berbagai sifat-sifatnya yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada guru sebagai pengajar untuk menyesuaikan cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
b)      Pribadi siswa.
Kepribadian sering diartikan sebagai keseluruhan sifat-sifat seseorang yang memiliki corak yang khas pada individu saat bertingkah laku dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dan orang-orang disekitarnya sehingga pemahaman terhadap pribadi anak mencakup banyak factor fisik dan psikis serta berbagai aspek (potensi) yang ada pada siswa. Oleh karena itu dalam bahasan ini pengertian kepribadian dibatasi pada aspek yang diduga banyak berpengaruh terhadap kesiapan dan prediksi keberhasialan anak dalam mengikuti kegiatan pengajaran yang terdiri atas:
1)      Fungsi kognitif.
2)      Fungsi konatif dinamik.
3)      Fungsi afeksi
4)      Fungsi sensorik-motorik.
5)      Fungsi pribadi lain.[4]

E.     Perlunya Pemahaman Perkembangan Peserta Didik.
Mempelajari berbagai aspek psikologi anak sangat membantu keberhasilan proses pengajaran karena dengan memahami berbagai factor kondisi anak, akan menjadi alat bantu yang penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berbagai macam kegiatan dalam proses pendidikan yang memerlukan terhadap peserta didik diantaranya perencanaan pendidikan, pemilihan alat dan sumber belajar, pemilihan materi, pemilihan materi, interaksi belajar mengajar, pemberian motivasi, layanan bimbingan penyuluhan dan berbagai factor lain. Dalam situasi pengajaran atau dalam proses belajar mengajar, guru adalah figure sentral yang kuat dan berwibawa, tetapi juga harus selalu dapat menunjukan sikap bersahabat dengan anak. Guru adalah pengambil keputusan yang harus dapat mengambil keputusan yang bijaksana dalam berbagai situasi dan untuk kepentingan pendidikan.
Dengan mencermati begitu sentralnya masalah pemahaman peserta didik dalam keseluruhan proses pendidikan tersebut, nampaknya tidak ada pilihan lain bagi pengajar  untuk berusaha semaksimal mungkin memahami berbagai perbedaan yang ada pada anak didik untuk kemudian menghubungkan berbagai perbedaan tersebut dengan pelayanan yang harus diberikan tidak saja pelayanan secara individual yang berupa pengajaran remedial, layanan bimbingan penyuluhan ataupun penanganan untuk anak-anak bermasalah, tetapi juga pelayanan secara klasikal, misalnya dalam pemilihan alat dan sumber belajar, pemberian ilustrasi dalam menjelaskan materi/bahasan tertentu tugas tersebut bukanlah pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan ketelatenan dan dedikasi yang tinggi untuk dapat selalu memahami anak, menyesuaian penyesuaian tersebut dalam cara mengajar dan dalam pengambilan keputusan.
Apapun hambatan yang dialami dilapangan dan dimanapun sulitnya memahami setiap individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar untuk terus melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimal. Menjadi beban yang tidak ringan juga bahwa untuk dapat melaksanakan perannya sebagai pengajar dan pendidik itu akan sering dialami oleh guru pertentangabn batin antara dirinya sebagai guru dan pendidik yang harus banyak memahami orang lain dan fungsinya sebagai pribadi yang juga memiliki berbagai perbedaan yang kadang kala juga memerlukan pemahaman khusus.

F.      Kebutuhan Peserta Didik.
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran.
Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran  setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
 Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, di antaranya:
1.      Kebutuhan jasmaniah
Sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini, sekolah melakukan upaya-upaya seperti :
1)      Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur 
2)        Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi 
3)       Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat 
4)       Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga. 
5)       Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga, dan sebagainya.
6)      Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan dan sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman 
7)      Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
2.      Kebutuhan akan rasa aman.
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.
3.      Kebutuhan akan kasih sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan melemahkan motivasi belajar mereka.[5]
4.      Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akanpositif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:  
1)      Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh 
2)       Menghargai pendapat dan pilihan siswa 
3)       Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok secara tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
4)       Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya 
5)      Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif, menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya 
6)        Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, guru harus mampu menilai perkembangan diri peserta didik secara menyeluruh dan bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis[6]
5.      Kebutuhan akan rasa sukses.
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal. Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa, serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang mencapai kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam melakukan suatu aktivitas. Guru harus menghindari komentar-komentar ynag bernada negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik menunjukkan seseorang manusia yang belum  dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Hal tersebut meruapkan dua faktor yang terbentuk karena faktro terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan anatara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Kebutuhan peserta didik:
1)      kebutuhan jasmani.
2)      Kebutuhan akan rasa aman.
3)      Kebutuhan akan kasih saying.
4)      Kebutuhan akan penghargaan.
5)      Kebutuhan akan rasa sukses.







DAFTAR PUSTAKA

Drs saiful bahri djamarah.2008.psikologi belajar,jakarta:Rineka cipta
Yusrina.2006.Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak .jakarta:fika aditama.
Siti hartinah.2011. pengembangan peserta didik, bandung:fika aditama.
Suyanto&Djihan hisyam.2009 pendidikan di Indonesia memasuki melenium II, Yogyakarta:adicita karya nusa.
D. Bob gowin & marino c. Alfarez.2005.,the art of educating whith v diagrams,USA cambridge university press.

http://onrongmarokinarisal.blogspot.com/2011/08/kebutuhan-peserta-didik.html


[1] D. Bob gowin & marino c. Alfarez,the art of educating whith v diagrams,USA cambridge university press.2005,hlm 5
[2] Drs saiful bahri djamarah,psikologi belajar,jakarta:Rineka cipta 2008.hlm 80
[3] Yusrina.Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak .jakarta:fika aditama.2006.hlm123

[4] Siti hartinah, pengembangan peserta didik, bandung:fika aditama.2011.hlm19
[5] Suyanto&Djihan hisyam, pendidikan di Indonesia memasuki melenium II, Yogyakarta:adicita karya nusa.2009.hlm147

Tidak ada komentar:

Posting Komentar